REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan merombak kebijakan yang masih bersifat konvensional untuk menghadapi globalisasi pendidikan. Teknologi siber, kompetisi, kemajuan teknologi menjadi salahsatu fokus kebijakan yang akan dimulai diterapkan di pendidikan tinggi.
"Jadi strategi yang dilakukan adalah analisa SWOT yang mengevaluasi kekuatan, kelemahan dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis," kataMenristekdikti Mohammad Nasir di Jakarta, Senin (29/1).
Dia menegaskan, saat ini pihaknya terus mendorong agar semua perguruan tingggi mengedepankan kreativitas. Selain itu, juga harus memerhatikanbisnis model, teknologi dan inovasi seperti apa yang akan dikedepankan.
"Harapan saya ke depan mengedepankan kreativitas. Program studi multidisiplin, entrepreneur yang baik," tegas Nasir.
Nasir menilai, globalisasi pendidikan juga telah membentuk kesadaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan. Meski begitu, dia juga menekankan pentingnya mempertahankan identitas budaya nasional. Jika tidak, maka globalisasi pendidikan hanya akan melemahkan kedaulatan nasional.
Sementara itu, untuk menghadapi revolusi industri 4.0 Kemenristekdiki akan terus berupaya membangun infrastruktur dalam bidang pendidikan tinggi. Meski begitu, Nasir mengungkapkan, merujuk pada laporan awal dari The Preliminary 4IR Country Readiness Evalution, Indonesia sudah masuk dalam kategori negara yang siap untuk menjalankan revolusi industri 4.0.
"Indonesia dikatakan sebagai kandidat kuat dan potensial dalam menyambut revolusi industri 4.0. Ini adalah kabar yang menggembirakan," ucap Nasir.