Sabtu 10 Feb 2018 17:16 WIB

Din: Musyawarah Pemuka Agama Ingin Bangun Kerukunan Bangsa

Jangan sampai masalah yang ada dipedam kemudian berkembang dalam bentuk intrik

Rep: Novita Intan/ Red: Esthi Maharani
Musyawarah Besar Pemuka Agama. Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin memberikan paparan saat pembukaan Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa di Jakarta, Kamis (8/2).
Foto: Republika/ Wihdan
Musyawarah Besar Pemuka Agama. Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin memberikan paparan saat pembukaan Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa di Jakarta, Kamis (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - - Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin telah menyelenggarakan Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa di Grand Sahid Jaya, Jakarta pada 8-10 Februari 2018. Musyawarah antaragama-agama ini mengusung tema 'Rukun dan Bersatu Kita Maju'.

Din mengatakan penutupan UKP DKAAP telah mampu melahirkan beberapa rumusan dalam membangun kerukunan umat beragama di Indonesia. Bahkan, musyawarah yang diselenggarakan tiga hari ini penuh dengan keakraban, terbuka sesama pemuka agama lain.

"Proses dialognya sangat akrab, terbuka, terus terang penuh dengan tenggang rasa dan toleransi, saling memahami hasilnya menjadi penting bagi bangsa dan negara," ujarnya usai Musyawarah UKP DKAAP di Grand Sahid, Jakarta, Sabtu (10/2).

Menurutnya, ada enam isu yang telah dibahas dalam musyawarah tersebut. Pertama membahas pandangan dan sikap umat beragama tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila. Kedua, membahas pandangan dan sikap umat beragama tentang Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

Ketiga yang akan dibahas di Musyawarah Besar Pemuka Agama adalah pandangan dan sikap umat beragama tentang pemerintah yang sah hasil pemilu. Keempat, membahas prinsip-prinsip kerukunan antarumat beragama (teologi kerukunan). Kelima, membahas masalah penyiaran agama dan pendirian rumah ibadah. Isu keenam, membahas solusi terhadap masalah intra agama.

"Selama tiga hari mengungkapkan perasaan, pikiran dalam nada datar bukan pencitraan. Bagi saya jangan sampai masalah yang ada dipedam kemudian berkembang dalam bentuk intrik, itu konflik," ungkapnya.

Ia mengharapkan isu-isu yang dibahas ini akan melahirkan kesepakatan. "Kesepakatan itu sebagai titik tolak kita untuk membangun kerukunan bangsa lebih lanjut pada masa yang akan datang, kita sepakat memperbaharui kesepakatan para pendiri bangsa pada masa lampau," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement