REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Guyana Islamic Institute (GII) tetap menjadi salah satu pusat pembelajaran Islam terkemuka di Karibia. Sejak didirikan pada 1986, sejumlah siswa dari Guyana dan Karibia telah lulus da ri berbagai kursus termasuk Bahasa Arab, Ilmu Alquran dan studi Islam. Banyak dari lulusan ini menjadi dai dan melayani umat di Guyana, Karibia, Amerika Utara, dan belahan dunia lainnya.
GII terus mengarahkan dan membekali murid-muridnya menjadi dai di komunitas masing-masing dan melanjutkan studi di institusi pembelajaran yang lebih tinggi. Sehingga, para lulusan GII memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang konsep-konsep Islam dalam kehidupan, kematian, dan akhirat.
Ilmu tersebut harus mengilhami mereka dalam perilaku, sikap, dan kemurahan hati yang akan mendorong umat Islam memperbaiki diri dan menghormati non-Muslim. Pihak GII fokus mendidik muridnya agar memiliki pemahaman Islam berdasarkan Alquran dan sunah. GII juga menawarkan sumber daya dan kesempatan pelatihan bagi umat Islam untuk memperbaiki pemahaman dan praktik Islam mereka. (ed:nashih nashrullah)
Seperti kebanyakan negara Amerika Selatan, Islam menyebar ke Guyana melalui perdagangan budak. Muslim Mandingo dan Fulani dibawa dari Afrika Barat untuk bekerja sebagai budak di perkebunan gula Guyana.
Namun, kondisi perbudakan yang ditindas koloni tersebut menyebabkan praktik Islam hilang sampai 1838 ketika 240 ribu orang Asia Selatan dibawa dari India modern, Pakistan, dan Afghanistan.
Setelah kemerdekaan Guyana dari Inggris pada 1966, Guyana membangun hubungan diplomatik dengan negara-ne- gara Arab seperti Mesir, Irak, dan Libya. Negara-negara tersebut membuka kedu- taan besar di ibu kota Georgetown.
Beberapa pemuda Muslim pergi ke Arab Saudi, Mesir dan Libya untuk belajar teologi Islam dan bahasa Arab. Pada 1996, Presiden Guyana Cheddi Jagan mela ku kan kunjungan ke Suriah, Kuwait, Bah rain, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Lebanon dan menunjuk seorang utusan Timur Tengah.
Pada tahun yang sama, Guyana secara resmi menjadi anggota tetap dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Dan pada 1998, Guyana menjadi negara bagian OKI yang ke-56.