REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan di Kairo terserah Korea Utara (Korut) untuk memutuskan kapan mereka siap melakukan pembicaraan yang tulus dengan Amerika Serikat, Senin (12/2).
Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengatakan dalam sebuah wawancara di surat kabar Washington dan Seoul telah menyetujui persyaratan untuk keterlibatan diplomatik lebih lanjut dengan Korut yang kemungkinan mengarah pada pembicaraan langsung tanpa prasyarat.
Tillerson mengatakan pada sebuah konferensi pers terlalu dini menilai apakah ini merupakan awal proses diplomatik. Sebelumnya, Pence mengatakan AS dan sekutu-sekutunya berusaha untuk secara damai menghentikan program nuklir Korea Utara dan meringankan penderitaan rakyatnya namun menegaskan kembali semua opsi tetap tersedia.
Dia mengatakan dalam sebuah pidato kepada pasukan Amerika Serikat di Pangkalan Udara Yokota di Jepang Amerika Serikat mendukung sekutunya Korea Selatan. Dia berbicara sebelum menuju Pyeongchang untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin, yang dibuka secara resmi pada Jumat (9/2).
Pence, yang tiba di Jepang pada Selasa (6/2) untuk bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, akan menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin, seperti juga dua pejabat Korea Utara yang paling senior. Dia mengatakan pada Rabu Washington akan segera memberlakukan sanksi terberatnya terhadap Pyongyang.
Sementara itu Utusan khusus Amerika Serikat mengatakan semua pilihan disiapkan untuk menyelesaikan kebuntuan masalah nuklir dengan Korut, namun ia memperkirakan opsi militer segera diambil. Joseph Yun, yang berbicara dengan wartawan di Tokyo, mengatakan Amerika Serikat mengupayakan resolusi perdamaian mengenai kemelut itu dan jalur diplomasi menjadi pilihan utamanya.
"Kebijakan kami sangat penting untuk penyelesaian secara damai mengenai sengketa nuklir Korut. Kami berulang kali mengatakan yang ingin kami lihat adalah pembicaraan," kata Yun.
"Oleh karena itu, kami juga mengatakan semua pilihan ada di meja dan dengan semua pilihan harus mencakup pilihan militer, tapi saya tidak percaya pilihan itu sudah dekat," katanya menambahkan.
Pemimpin Korut Kim Jong-un menolak untuk menghentikan pengembangan rudal nuklir yang mampu menjangkau AS meskipun sanksi PBB semakin parah, hal itu menimbulkan kekhawatiran akan adanya perang baru di semenanjung Korea. Korut telah menembakkan rudal uji coba ke Jepang.
Yun berbicara sehari setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan upaya Pyongyang mengembangkan rudal nuklir dapat mengancam tanah air Amerika dan bersumpah untuk mencegahnya. Trump tidak menawarkan upaya baru yang spesifik tentang bagaimana ia berniat mengendalikan Korut. Sementara pemerintahan Trump mengatakan mereka lebih menyukai solusi diplomatik dan juga mengatakan semua pilihan ada di atas meja.