REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhyiddin, Wahyu Suryana, Ali Mansur, Amri Amrullah
JAKARTA -- Kejadian penyerangan gereja di Yogyakarta yang tak berselang lama dari penyerangan terhadap sejumlah ustaz di Jawa Barat, dinilai berpotensi menimbulkan perpecahan antarumat beragama. Sejumlah tokoh nasional dan tokoh lintas agama meminta pihak-pihak terkait mencegah kejadian-kejadian tersebut tak terulang demi kerukunan bangsa.
Menurut utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Prof Din Syamsuddin, penyerangan Gereja Santa Lidwina Sleman pada Ahad (11/2) pagi merupakan tamparan besar. Apalagi, menurut dia, tokoh-tokoh pemuka agama baru saja menyelenggarakan musyarawah besar (mubes) untuk kerukunan bangsa di Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada 8-10 Februari 2018.
"Bagi saya dan bagi kami yang baru saja selesai dalam musyawarah antarumat beragama untuk kerukunan bangsa, ini sungguh merupakan suatu tamparan besar," ujar Din seusai acara puncak perayaan agenda PBB World Interfaith Harmony Week di Jakarta Convention Hall (JCC), Jakarta, Ahad.
Din menyampaikan rasa keprihatinan yang mendalam kepada keluarga korban, baik pemimpin jemaat maupun sebagian jemaat dari gereja tersebut. Ia yakin tindak kekerasan yang dilakukan terhadap umat Kristiani yang tengah beribadah tersebut tak lain adalah tindakan orang yang terganggu akal sehatnya.
Para pelayat tengah menyolatkan Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya di mesjid Al Muhajirin Jalan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (1/2)
Mantan ketua umum Muhammadiyah itu meminta kasus tersebut diusut tuntas. "Saya hanya ingin memesankan, peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang-sekarang ini, termasuk di Bandung, Jawa Barat, dua tokoh agama Islam, seorang kiai dan seorang aktivis ormas Islam bahkan menjadi korban katanya dilakukan oleh orang gila," kata Din.
Sebelumnya, Ahad (11/2)pagi WIB, Suliyono (22), warga Banyuwangi, Jawa Timur, menyerang membabi buta orang- orang dalam gereja Santa Lidwiana, tidak terkecuali Romo Edmund Prier SJ. Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiatmoko menyatakan, pihaknya memercayakan pengungkapan kasus penyerangan Gereja Santa Lidwina kepada aparat penegak hukum.
"Umat tetap tenang dan tidak perlu terpancing emosi. Persoalan ini sudah ditangani aparat yang berwajib dan diharapkan bisa segera tuntas," kata Rubiatmoko di Semarang.
Uskup menyatakan telah menjenguk para korban luka pada kejadian tersebut. Menurut dia, para korban sudah tertangani dengan baik dan kondisinya tidak mengkhawatirkan."Mereka tidak dendam sama sekali. Mereka justru merasakan begitu Tuhan melindungi dalam kejadian tersebut," kata dia.
Melalui kejadian ini, dia melanjutkan, masyarakat harus bisa menjaga kehidupan bersama dan jangan sampai mudah diadu domba hingga curiga satu sama lain. Ia mengaku belum mengetahui secara pasti motif penyerangan tersebut. Namun, ia memercayakan pengungkapan peristiwa tersebut kepada aparat yang berwajib hingga tuntas.
Ustaz diserang 'orang gila'.
Ketua MPR Zulkifli Hasan juga menyesalkan serangan terhadap pastor dan jemaat Gereja Bedog Santa Lidwina Sleman, Yogyakarta. Setelah penyerangan terhadap ustaz beberapa waktu lalu, sekarang pastor dan gereja diserang. "Gerakan yang ingin mengadu domba umat beragama ini harus segera dihentikan," ujar dia di Jakarta, kemarin.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan, penyerangan tersebut merupakan tantangan bagi umat beragama di Indonesia. "Pagi ini ada yang nyeranggereja. Jadi, semuanya, menurut saya, tantangan dari umat beragama untuk tetap waspada," ujarnya seusai acara puncak perayaan agenda PBB World Interfaith Harmony Week di JCC, Jakarta, Ahad.
Menurut dia, seluruh umat beragama harus waspada karena ada pihak yang sengaja ingin menghancurkan kerukunan umat beragama di Indonesia. Apalagi, belum lama ini juga terjadi penyerangan terhadap ustaz yang disebut dilakukan oleh orang gila.
"Yang Islam diserang barangkali (supaya) curiga samayang non-Islam, yang non-Islam diserang biar curiga dengan yang Islam," ucapnya. Menurut dia, polisi juga harus melakukan tindakan preventif agar masalah ini tidak terulang.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyesalkan dan mengutuk penyerangan Gereja Santa Lidwina Sleman. "Tindakan tersebut sama sekali tidak mencerminkan ajaran nilai-nilai agama. Apa pun motifnya, tindakan tersebut patut dikutuk dan tidak bisa ditoleransi," ujar Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid dalam keterangan tertulisnya.
Karena itu, Zainut pun meminta kepolisian dapat bertindak cepat mengusut motif penyerangan oleh seorang pria yang membawa pedang tersebut supaya tidak mengganggu kehidupan umat beragama di Indonesia. Zainut juga meminta masyarakat ikut menjaga situasi tetap kondusif dan tidak menyebarkan informasi yang provokatif.
"MUI meminta masyarakat menjaga situasi yang kondusif dengan tidak menyebarkan opini, berita hoaks, dan berbagai isu yang justru dapat membuat gaduh.