REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un memuji iklim rekonsiliasi yang hangat dengan Korea Selatan (Korsel), setelah delegasinya kembali dari negara itu dalam kunjungan Olimpiade Musim Dingin selama tiga hari. Kim menyatakan puas atas kunjungan itu dan menyampaikan rasa terima kasih atas sikap tulus dan sangat mengesankan dari Seoul.
"Penting untuk terus membuat hasil yang baik dengan menghidupkan iklim rekonsiliasi dan dialog yang jauh lebih hangat, yang diciptakan oleh keinginan dan kehendak yang kuat antara Korut dan Korsel dengan Olimpiade Musim Dingin sebagai momentum," kata Kim, pada Selasa (13/2), menurut media pemerintah Korut, dikutip The Guardian.
Namun Kim tidak menyinggung undangannya yang meminta Presiden Korsel Moon Jae-in berkunjung ke Pyongyang. Undangan itu diberikan oleh adik perempuannya, Kim Yo-jong, yang menjadi bagian dari delegasi Korut dalam kunjungan ke Korsel.
Kim Yo-jong mengirim surat resmi dari kakaknya saat dia berada di Seoul dan meminta Moon berkunjung secepatnya. Moon menjawab dengan mengatakan kedua negara Korea harus berusaha menciptakan kondisi yang memungkinkan agar kunjungan tersebut bisa dilakukan.
Kim Jong-un mengatakan Kim Yo-jong juga menyampaikan pertemuan singkatnya dengan Wakil Presiden AS Mike Pence di upacara pembukaan Olimpiade tanpa ada interaksi. Hal ini menunjukkan hubungan Washington dan Pyongyang masih membeku.
Kim Jong-un juga dilaporkan telah memberikan instruksi penting untuk tindakan yang mungkin dilakukan guna menjaga suasana konsiliasi dan dialog dengan Korsel. Namun tidak ada rincian lebih lanjut.
Sebelumnya Korsel dan Amerika Serikat (AS) telah menuntut Pyongyang mempertimbangkan konsesi mengenai program nuklirnya sebagai bagian dari perundingan di masa depan. Belum jelas apakah Washington akan mendukung Moon untuk berkunjung ke Korut, mengingat AS terus berusaha untuk lebih jauh mengisolasi rezim tersebut.
Rencana pertemuan antara pemimpin kedua Korea untuk pertama kalinya sejak 2007 ini muncul setelah ketegangan meningkat antara Washington, Seoul, dan Pyongyang, terkait program nuklir dan rudal Korut. Retorika keras antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump juga semakin menimbulkan ketegangan di semenanjung Korea.
Pada Senin (12/2), Seoul mengatakan mereka akan terus maju dengan rencana reuni dengan Korut setelah perang Korea 1950-1953. Hal ini dilakukan untuk menghormati undangan yang diberikan oleh delegasi Korut.