Rabu 14 Feb 2018 20:18 WIB

Rizal Ramli Ingatkan Soal Neoliberalisme

Cara-cara ekonomi neoliberal akan mengecewakan petani.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Diskusi Ekonomi Indonesia di Tahun Politik di DPP PAN, Rabu (14/2). Hadir Ekonom Aviliani, Ketua KADIN Rosan Roeslani, Mantan Menko Maritim Rizal Ramli dan Anggota Dewan Kehormatan DPP PAN Dradjad H. Wibowo.
Foto: republika/amri amrullah
Diskusi Ekonomi Indonesia di Tahun Politik di DPP PAN, Rabu (14/2). Hadir Ekonom Aviliani, Ketua KADIN Rosan Roeslani, Mantan Menko Maritim Rizal Ramli dan Anggota Dewan Kehormatan DPP PAN Dradjad H. Wibowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi ekonomi menjadi persoalan pelik bagi kerja ekonomi Presiden Joko Widodo di sisa masa pemerintahannya. Jika Jokowi mengikuti cara neoliberalisme dalam mengatasi masalah ekonomi, dikhawatirkan akan menurunkan elektabilitasnya.

"Yang senang dengan pak Jokowi kepuasannya lumayan tinggi 60 persen, tapi elektabilitasnya merosot," kata Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli dalam salah satu acara diskusi Ekonomi Indonesia di Tahun Politik di DPP PAN, Rabu (14/2).

Merosotnya elektabilitas Presiden Jokowi ini, menurut mantan Menko Ekuin era Gus Dur ini karena tiga hal. Pertama soal isu keislaman. Dimana secara umum Jokowi dituding tidak memberikan keadilan hukum terhadap umat Islam. Dalam beberapa kasus bahkan umat Islam merasa dikriminalisasikan.

Kedua, lanjut dia, kondisi ekonomi diperparah dengan daya beli golongan kelas menengah bawah yang terus menurun. Dan ketiga soal sectoral policy atau kebijakan sektoral pemerintah yang salah.

Soal kesalahan kebijakan sektoral ini, ujar Rizal Ramli sebagian besar karena Jokowi yang masih menggunakan cara-cara ekonomi neoliberal. Misalnya dengan memperbanyak impor gula dan gula rafinasi sehingga petani tebu tidak senang.

Kemudian ketika petani lagi panen bawang di brebes, tapi pemerintah malah impor bawang dengan jumlah yang luar biasa. Akhirnya harga panen bawang jatuh dan petani bawang kecewa. Ditambah ketika petani lagi panen beras, pemerintah malah impor beras padahal tidak terlalu diperlukan.

Jadi tiga faktor ini, menurut dia, yang menurunkan elektabilitas Jokowi. Mulai soal Islam, soal ekonomi yang mandek dan daya beli yang merosot dan ketiga kebijakan ekonomi sektoral yang salah karena pro impor.

Kebijakan pro-impor ini mengecewakan banyak rakyat dan petani, mulai dari petani garam hingga petani beras."Pertanyaanya apakah Jokowi akan membiarkan terus cara neoliberal ini, dan akhirnya orang berpikir tentang calon alternatif. Atau pak Jokowi perlu melakukan perubahan yang drastis agar tidak lagi ikut garis politik neoliberalisme," ungkap Rizal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement