REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik sekaligus Analisis Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyatakan, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan belum bisa menjadi pesaing serius Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Meskipun saat ini pamor Anies tengah melonjak pasca penghadangannya oleh Paspampres di Gelora Bung Karno (GBK) beberapa waktu lalu.
"Kalau untuk penantang serius Joko Widodo belum, tapi untuk pamornya naik iya. Tapi yang jelas ini bisa menjadi modal bagus untuk Anies. Untuk mempertahankan kesukaan publik terhadap dirinya," ungkap Hendri saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (22/2).
Hendri menyarankan agar Anies tidak mengikuti jejak Joko Widodo yang meninggalkan jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya, seharusnya Anies menyelesaikan komitmennya selama lima tahun di DKI Jakarta. Karena jika Anies berhasil di DKI Jakarta, maka rakyat akan lebih simpatik bahkan dukungannya bakal melebih Joko Widodo saat maju di Pilpres 2014 silam.
"Tapi kalau dia (Anies) mau menjadi wakil dari Jokowi ya itu tidak apa-apa. Karena elektabilitas Anies juga masih belum kuat, bahkan masih di bawah Prabowo Subianto," ujar Hendri.
Hendri mengatakan, apabila diamati pamor Presiden Joko Widodo tengah menurun. Hal itu tidak luput dari infrastruktur yang menjadi mahkotanya mengalami banyak masalah. "Tentu hal itu, bakal memengaruhi tingkat kesukaan publik terhadap dirinya. Mengingat pembangunan infrastruktur ini kan semacam simbolnya Jokowi," kata Hendri.
Sementara hasil survei terbaru dari Median menyampaikan bahwa elektabilitas Joko Widodo mengalami penurunan menjadi 35,0 persen dari sebelumnya pada Oktober 2017 sebesar 36,2 persen. Tidak hanya Joko Widodo, Prabowo pun demikian, mengalami penurunan menjadi 21,2 persen dari sebelumnya sebesar 23,3 persen.