REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT -- Pemerintah Uzbekistan membahas isu soal pengembangan pariwisata dalam negeri dalam sebuah pertemuan. Hasil pertemuan tersebut didedikasikan untuk analisis kritis terhadap efektivitas langkah-langkah yang ditempuh untuk meningkatkan arus wisatawan mancanegara.
Pada pertemuan tersebut, dicatat bahwa peluang yang ada di bidang pariwisata tidak sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik. Yang mana, sejumlah lokasi ziarah berada dalam kondisi yang buruk.
Padahal, Uzbekistan memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata ziarah. Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev mengatakan, ada banyak mausoleum (monumen bangunan atau makam) para ulama, yang merupakan situs suci di Uzbekistan yang diakui di dunia Islam.
Sebagai contoh, tempat perlindungan terakhir dari 12 pemandu spiritual, yang telah mengajarkan pengajaran Naqshbandiyya yang ditemukan di berbagai daerah.
"Saat ini, kami sedang mengerjakan peningkatan 8 kompleks, termasuk tujuh pemandu spiritual di Bukhara dan Khoja Ahror Vali di Samarkand. Namun, mausoleum Muhammad Zahid Bukhari, Alauddin Attor di Surkhandarya, Muhammad Darvesh, Muhammad Imganaki di Kashkadarya perlu diperbaiki," kata Presiden Shavkat, dilansir dari Uzbekistan National News Agency, Jumat (23/2).
Dalam hal ini, ia mengatakan bahwa daerah khokim dari Surkhandarya dan Kashkadarya diberi instruksi untuk memastikan peningkatan lokasi ziarah tersebut, memperbaiki kondisi jalan menuju ke sana, dan menciptakan semua kondisi yang nyaman bagi peziarah.
Shavkat mengatakan, rekomendasi diberikan pada pembentukan tradisi mengunjungi daerah-daerah di negara tersebut oleh penduduk, terutama oleh para aktivis makhallas, keluarga lanjut usia, kaum muda dan keluarga berpenghasilan rendah. Di samping, untuk meningkatkan porsi pengeluaran untuk anggaran kunjungan organisasi serikat pekerja/buruh.
Untuk menciptakan fasilitas yang diperlukan dalam pengarahan itu, Departemen untuk mendukung pariwisata ziarah telah dibentuk dalam struktur Komite Urusan Agama di bawah Kabinet Menteri Republik Uzbekistan. Selain itu, rezim bebas visa telah diperkenalkan untuk negara-negara seperti Malaysia, Turki dan Indonesia.