REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara dengan sebagian besar Islam Sunni, tradisi tasawuf atau sufisme lekat dengan warganya. Tasawuf muncul sangat awal dalam Islam. Gerakan populer ini menekankan ibadah berdasarkan rasa cinta kepada Allah, bukan rasa takut.
Sebuah kepercayaan yang penting dalam tradisi Sufi adalah menggunakan panduan spiritual dalam mengejar kebenaran. Selama berabad-abad banyak ilmuwan berbakat dan penyair terinspirasi oleh ide-ide sufi.
Pemimpin gerakan sufi adalah faktor tunggal yang paling penting dalam penyebaran agama Islam di Asia Selatan, khususnya di Bangladesh. Kebanyakan Muslim Bangladesh dalam kesehariannya didominasi oleh inti ajaran tasawuf. Meskipun, belakangan muncul gerakan yang menentang sufisme dan masih aktif di Bangladesh hingga hari ini.
Salah satu, tokoh sufi terkemuka dalam sejarah Bangladesh adalah Shah Jalal. Sufi dari Yaman itu datang ke Sylhet sekira 1303 bersama 360 pengikutnya untuk berdakwah. Ia lantas mengalahkan dominasi Raja Gour Gobinda. Sylhet kemudian berkembang menjadi pusat berkembangnya ulama.
Selama hidupnya, Shah Jalal mengabdikan dirinya untuk menyebarkan Islam. Di bawah bimbingannya, ribuan umat Hindu dan Buddha masuk Islam. Shah Jalal menjadi begitu terkenal. Popularitas itu sampai di telinga pengembara Muslim tersohor, Ibnu Batutah.
Saat Ibnu Batutah berada di daerah Chittagong, ia mengubah rencana dan memutuskan mengunjungi Shah Jalal di Sylhet. Ibnu Batutah mencatat, Shah Jalal adalah sosok yang tinggi dan ramping, mempunyai kulit cerah, dan tinggal di sebuah masjid di gua.
Satu-satunya harta berharga yang dimilikinya adalah seekor kambing. Dari kambing itulah ia memperoleh susu, mengekstrak yogurt dan mentega.
Ibnu Batutah juga menyebutkan banyak orang yang mengunjunginya dan mencari bimbingan. Shah Jalal berperan besar dalam penyebaran Islam di seluruh India bagian utara dan timur, termasuk Assam.