Jumat 23 Feb 2018 17:25 WIB

Debit Air Tinggi Jadi Penyebab Banjir Pagarsih

Padatnya permukiman menjadikan aliran sungai menjadi sempit.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Andi Nur Aminah
Warga menyaksikan luapan sungai Citepus yang mengakibatkan banjir di kawasan Pagarsih, Bandung, Jawa Barat, Kamis (16 /11).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Warga menyaksikan luapan sungai Citepus yang mengakibatkan banjir di kawasan Pagarsih, Bandung, Jawa Barat, Kamis (16 /11).

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Debit air yang mengalir dari Sungai Citepus terbilang tinggi akibat hujan deras yang turun Kamis (22/2) malam. Hal ini menjadi penyebab banjir di kawasan Pagarsih, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Arief Prasetya mengatakan, tol atau basement air yang dibangun di kawasan tersebut berjalan sesuai fungainya. Hanya saja tingginya debit air mengakibatkan air meluap ke permukiman warga. "Basement air berjalan bagus. Itu kan di Jalan Pagarsihnya tidak ada arus air dan genangan yang berat. Jadi cuma semata kaki jadi bagus. Setelah masuk basement air lancar keluar lalu menjadi sempit sungai itu. Sehingga melimpah," kata Arief saat dihubungi, Jumat (23/2).

Menurutnya,  padatnya permukiman menjadikan aliran sungai menjadi sempit. Sehingga air yang mengalir deras tidak tertampung dan meluap ke jalan.

Oleh karena itu, pihaknya berencana meninggikan kirmir di aliran Sungai Citepus yang mengalir di kawasan Pagarsih. Kirmir ini nantinya akan menahan air di sungai tersebut. "Kita akan melakukan nanti peninggian bibir sungai supaya air tidak melimpah ke rumah warga," ujarnya.

Peninggian kirmir ini, dia, mengatakan, akan dilakukan di tempat-tempat yang masih memungkinkan. Pasalnya, ada beberapa titik yang merupakan bangunan tempat tinggal tepat di pinggir sungai. "Ada beberapa yang tertutup rumah. Kalau tertutup rumah susah kita mau ninggiin apanya. Berarti kan ada beberapa kirmir yang masih kosong,  itu yang akan kita tinggikan. Yang RW 07, RW 05 kita tinggikan kirmirnya," tuturnya.

Peninggian kirmir ini akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun masih harus menghitung alokasi anggaran yang akan dikeluarkan melalui APBD. Sementara itu, Arief menyebutkan upaya jangka pendek akan diupayakan terus normalisasi sungai dan drainase. Dengan mengeruk sedimentasi lumpur atau sampah yang membuat aliran tersumbat.

Banjir yang terjadi pada Kamis (22/2) malam menggenangi 8 RW di Kelurahan Cibadak. Salah satu yang terparah berada di wilayah RW 07, tepatnya di RT 1, 2, dan 3. Ketinggian air bervariasi, terparah mencapai 1,5 meter.

Sebanyak 199 kepala keluarga dengan 202 jiwa terdampak banjir tersebut. Banjir juga telah merusak sebuah mushala, dua rumah rusak sedang, dan satu sumur tercemar. Genangan air mulai masuk ke beberapa rumah warga sejak pukul 20.00 WIB, dan mulai surut sekitar pukul 22.00 WIB.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement