Senin 26 Feb 2018 20:38 WIB

Penerbangan ke Bali Ludes Jelang Pertemuan IMF-Bank Dunia

Banyak pihak kesulitan mendapatkan penerbangan menuju dan keluar Bali.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan kepada media tentang Realisasi APBN Per Januari 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selesa (20/2).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan kepada media tentang Realisasi APBN Per Januari 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selesa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerbangan menuju dan keluar Bali mulai ludes terjual menjelang pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia di Bali pada Oktober mendatang. Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde pun berkunjung ke Indonesia untuk mengecek kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah ajang internasional tersebut.

"IMF sudah memutuskan pertemuan tahunan di Bali itu sudah firm. Sehingga, saat ini sudah mulai terjadi booking dari berbagai macam penerbangan ke Bali untuk bulan Oktober. Bahkan tadi sudah dibahas mengenai penerbangan itu sudah fully booked dan sekarang masih banyak sekali yang ingin datang. Mereka kesulitan mendapatkan penerbangan menuju dan keluar Bali," ujar Sri di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (26/2).

photo
Bahas Rencana Pertemuan IMF. Presiden Joko Widodo, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde, dan Dirut BPJS Kesehatan Fahmi Idris (dari kiri) meninjau pelayanan KIS di RSPP, Jakarta, Senin (26/2).

Sri mengaku, Indonesia terus melakukan persiapan guna menyambut pertemuan tahunan para petinggi ekonomi dunia tersebut. Ia mengaku, persiapan bahkan sudah memasuki tahap detail seperti antisipasi terjadinya bencana alam di Bali.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Bali sempat dilanda bencana alam erupsi Gunung Agung. Hal itu membuat sejumlah penerbangan di Bali terganggu. Ia mengaku, pelaksana saat ini telah menyiapkan sejumlah skenario untuk mengantisipasi hal tersebut.

"Kita bicara kalau seandainya terjadi letusan Gunung Agung apa yang akan dilakukan. Jadi sudah sampai ke hal yang sifatnya detail," ujar Sri.

Sebanyak 13 ribu peserta dari 189 negara akan menghadiri pertemuan tahunan yang berlangsung pada 8 hingga 14 Oktober 2018. Ribuan peserta itu terdiri dari delegasi, staf dari berbagai lembaga nasional dan internasional, instansi swasta, institusi pemerintah, akademisi dan instansi terkait lainnya termasuk organisasi kepemudaan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement