REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank bjb menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun 2017. Hal tersebut dapat tercermin dari total penyaluran kredit yang berhasil tumbuh 11,14 persen year on year (yoy) atau setara Rp 76,4 triliun.
Catatan tersebut menempatkan penyaluran kredit bank bjb tumbuh di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan signifikan terjadi pada penyaluran kredit komersial yang mencapai 25 persen. Pertumbuhan itu ditunjang oleh proyek pembangunan di sektor infrastruktur yang berasal dari dana APBD dan APBN.
‘’Target kredit komersial tumbuh 14 persen di tahun 2018. bank bjb akan fokus pada proyek infrastruktur karena market share-nya sangat besar,’’ ujar Direktur Utama bank bjb Ahmad Irfan, beberapa waktu lalu.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, bank bjb aktif melakukan pembiayaan pada proyek infrastruktur jalan tol. Di antaranya adalah jalan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja), Cikopo-Palimanan, Kanci-Pejagan, Bogor-Ciawi hingga Gempol-Pandaan-Karangjati.Tidak hanya di Jawa Barat dan Banten, bank bjb juga turut membiayai proyek jalan tol di beberapa provinsi lain seperti Trans Sumatera serta Trans Jawa.
‘’Kami tertarik membiayai proyek infrastruktur di Jawa Barat karena itu secure. Kami juga terlibat pada ruas tol Trans Jawa yang dimulai dari Jakarta sampai Surabaya. Tentu dengan melakukan analisis dari setiap sindikasi,’’ ujar Direktur Komersial bank bjb Suartini.
Sementara pilar bisnis utama bank bjb, yakni kredit konsumer berhasil tumbuh 6,5 persen. Catatan tersebut menempatkan penyaluran kredit konsumer tetap menjadi captive market dengan dominasi portofolio sebesar 67 persen.
Selain itu, kredit mikro bank bjb tumbuh sebesar 33,7 persen. Di tahun 2018, bank bjb menargetkan penyaluran kredit mikro tumbuh sebesar 29 persen. Hal itu menunjukan keberpihakan bank bjb pada kegiatan UMKM.
Ekspansi kredit itu mampu mendorong bank bjb menghasilkan laba Rp 2,051 triliun, dengan aset mencapai Rp 108,4 triliun. Optimisme menjulang di tahun 2018 karena ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami perbaikan yang signifikan. Pandangan tersebut didasarkan pada reformasi ekonomi Indonesia yang akan berkembang secara fundamental dan sistemik.
Proyeksi pertumbuhan lebih moderat akan terjadi pada tahun 2018. Artinya, konsolidasi antara perbankan dan dunia usaha tidak akan seketat tahun 2017, karena permintaan kredit seraya meningkat.
Adapun catatan positif lain yang berhasil dilakukan bank bjb, adalah dapat menurunkan rasio kredit bermasalah (NPL) 2017 menjadi 1,51 persen atau turun 18 basis poin dari tahun sebelumnya.
Sementara, total dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun sebesar Rp 81 triliun, atau tumbuh sebesar 11,2 persen. Pada 2018, bank bjb menargetkan pertumbuhan kredit dan DPK sebesar 11 persen hingga 12 persen. Sementara, untuk fee based income juga mengalami kenaikan sebesar 24,5 persen. Ril