Sabtu 03 Mar 2018 00:16 WIB

Yohana Sakit Anak Papua Meninggal karena Kekerasan Seksual

Mayat anak perempuan berusia 11 tahun ditemukan di perkebunan di Manokwari.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKAL PINANG — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mengutuk keras dan menyesalkan penemuan mayat anak perempuan berusia 11 tahun, di Swapen Perkebunan, Kabupaten Manokwari, Papua Barat pada Kamis (1/3). Anak perempuan itu diduga kuat menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan.

"Saya seorang Ibu Papua. Saya sakit mendengar terus-menerus ada anak Papua yang harus meregang nyawa karena mengalami kekerasan seksual. Saya kutuk keras kejadian ini," ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise di Pangkal Pinang, Keppri,Jumat (2/3).

Informasi yang diperoleh Kementerian PPPA dari Kapolres Manokwari, AKBP Adam Erwindi mengindikasikan kuat dugaan korban mengalami kekerasan fisik dan seksual sebelumnya. Sebab, hasil visum menyatakan ada luka di kepala yang diduga dipukul menggunakan batu, dan luka pada alat vital.

Saat ini, polisi telah mengantongi nama tersangka dan sedang dalam tahap pencarian. "Saya mengapresiasi kinerja pihak kepolisian untuk bergerak cepat mengusut kasus ini. Untuk itu, Kementerian PPPA siap membantu jika diperlukan bantuan dalam hal pendampingan ataupun pengawalan penyelesaian kasus. Hendaknya pelaku diberikan sanksi seberat-beratnya," kata Yohana.

Untuk menghentikan kekerasan terhadap anak, maka Kementerian PPPA mengimbau semua warga masyarakat agar terlibat dan bekerja sama untuk melindungi setiap anak. Berbagai upaya perlu dilakukan diantaranya, memberi pemahaman mengenai seksualitas diri anak, terhadap apa yang boleh dan tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain. 

Setiap orang tua juga harus mampu menjalin komunikasi yang penuh kasih sayang dengan anaknya, sehingga bila terjadi masalah terhadap anak, maka orang tua tahu lebih dulu. "Kepada seluruh masyarakat, terutama komunitas yang paling kecil yaitu keluarga, untuk memiliki sensitifitas terhadap anak. Apabila ada potensi kekerasan terhadap anak disekitar kita, kita harus bergerak bersama untuk melindungi anak, karena setiap anak harus dilindungi," kata Yohana. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement