REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan daerah rawan banjir semakin meluas akibat ulah manusia. Menurutnya, laju kerusakan hutan yang tinggi, lahan kritis, kerusakan lingkungan, degradasi sungai, penerapan tata ruang yang lemah dan budaya sadar bencana yang masih rendah menyebabkan kerentanan meningkat.
"Daerah yang semula tidak pernah terjadi banjir tiba-tiba terjadi banjir besar. Faktor ulah manusia lebih dominan daripada faktor alam sebagai penyebab banjir," kata Sutopo melalui siaran pers diterima di Jakarta, Sabtu (3/3).
Perlu upaya keras untuk memulihkan kembali kualitas lingkungan. Pengurangan risiko bencana harus menjadi investasi pembangunan dan bagian dari kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. "Sayangnya pengurangan risiko bencana masih terpinggirkan dalam kehidupan kita sehari-hari," tuturnya.
Sepanjang Januari hingga Februari 2018, terdapat 513 kejadian bencana di tanah air yang menyebabkan kerugian dan kerusakan diperkirakan mencapai puluhan triliun rupiah.
Bencana tersebut terdiri atas puting beliung 182 kejadian, banjir 157 kejadian, longsor 137 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 15 kejadian, kombinasi banjir dan tanah longsor 10 kejadian, gelombang pasang dan abrasi tujuh kejadian, gempabumi merusak tiga kejadian, dan erupsi gunung api dua kejadian.