REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan, masih banyak momen kritis yang terbentang di depan untuk mengakhiri krisis nuklir Semenanjung Korea. Menurutnya, hambatan masih ada meskipun Korea Utara (Korut) telah membuka diri terhadap Seoul dan Washington.
Pernyataan ini disampaikan Moon sebelum dua pejabat senior Seoul berangkat ke Amerika Serikat (AS) pada Kamis (8/3). Mereka akan memberi tahu pejabat AS mengenai hasil kunjungan mereka baru-baru ini ke Korut.
"Kami telah mengatasi satu momen kritis, namun ada banyak momen penting yang masih harus kami lalui sebelum mencapai denuklirisasi Semenanjung Korea dan perdamaian permanen," kata Moon.
Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.
Moon mengatakan, hasil kunjungan utusannya ke Korut adalah sebuah langkah besar menuju denuklirisasi Semenanjung Korea. Hal ini mungkin akan mendapat dukungan kuat dari Pemerintah AS.
Pejabat Seoul mengatakan, Korut telah menawarkan pembicaraan dengan AS mengenai normalisasi hubungan dan denuklirisasi Semenanjung Korea. Korut juga sepakat untuk menunda uji coba nuklir dan rudal selama perundingan berlangsung.
Beberapa pengamat mempertanyakan seberapa tulus penawaran Korut itu. Rekam jejak Korut menunjukkan, negara tersebut pernah memanfaatkan momen perundingan untuk meringankan sanksi internasional, sambil diam-diam meneruskan program senjatanya.
Menurut pejabat Korsel, Korut mengaku tidak memiliki alasan untuk mengembangkan senjata nuklir jika keamanan mereka terjamin. Korut juga telah meminta penarikan 28.500 pasukan AS dari Semenanjung Korea dan meminta AS dan Korsel untuk menghentikan latihan militer tahunan, sebagai syarat untuk membatalkan program nuklirnya.
Choi Hyunsoo, juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, mengatakan militer akan mengumumkan jadwal latihan bersama dengan AS setelah Paralimpiade Pyeongchang selesai sampai 18 Maret.
Tidak jelas apakah AS akan menerima tawaran yang diberikan Korut untuk melakukan pembicaraan. Presiden AS Donald Trump mengatakan tawaran itu kemungkinan merupakan kemajuan, tapi juga mungkin merupakan harapan palsu.
Seoul dan Washington berencana untuk memulai latihan militer gabungan musim semi yang sempat tertunda. Sensitifitas Korut terhadap latihan ini diperkirakan akan mempengaruhi suasana rekonsiliasi yang telah dihidupkan kembali selama Olimpiade Musim Dingin bulan lalu.