Kamis 08 Mar 2018 19:48 WIB

'Cintai Dilan' Jadi Program Oded-Yana di Pilwalkot Bandung

Cintai Dilan kepanjangan dari Cintai Duafa dan Daerah dengan Infak Berkelanjutan

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Wali Kota Bandung H Oded M Danial (tengah)
Foto: Sandy Ferdiana/REPUBLIKA
Wakil Wali Kota Bandung H Oded M Danial (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial-Yana Mulyana menilai problem kemiskinan maupun permasalahan daerah atau kewilayahan tidak bisa ditangani 100 persen oleh pemerintah. Oleh karena itu, menilai perlu adanya kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat.

Oded mengatakan, dibutuhkan terobosan untuk dapat menyelaraskan kebutuhan warga dengan inisiasi gerakan penyemangat kebersamaan di antara warga. Salah satu program unik yang digagas Oded-Yana ialah Cintai Dilan.

"Pasangan Oded-Yana menggagas Program Cintai Dilan, kepanjangan dari Cintai Duafa dan Daerah dengan Infak Berkelanjutan," kata Oded di sela-sela giat kampanyenya di Bandung, Rabu, (7/3).

Ia menjelaskan, program Cintai Dilan yang digagas Oded-Yana menjadi pelengkap Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) yang telah berjalan di Kota Bandung. Selama ini, PIPPK disalurkan ke setiap RW sebagai pembiayaan berbasis masyarakat dengan realisasi yang disesuaikan kebutuhan RW masing-masing.

Dengan Cintai Dilan, RW akan mengajak warganya untuk berbagi melalui infaq yang bisa membantu memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi PIPPK. "Program ini berakar dari cerminan kesalehan sosial dan budaya masyarakat Bandung yang kental dengan goyong royong," ujar Oded.

Program itu ia yakini tidak akan terlalu sulit diterapkan di Kota Bandung yang dikenal guyub. Selama ini, telah dirintis sejumlah RW untuk menjalankan program Cintai Dilan dengan nama RW Mandiri.

Selama menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bandung, kata Oded, ia telah membina sejumlah RW yang disebut-sebut telah mencapai ratusan RW. Konsep Cintai Dilan itu membuka kesempatan bagi warga untuk membangun kewilayahan sejak tingkat RW secara mandiri dan hasil gotong royong.

"Banyak contoh pada PIPPK yang lalu yang ternyata mendorong antusias masyarakat untuk mengumpulkan dana masyarakat," ujarnya.

Dari stimulus PIPPK senilai Rp 100 juta per RW, kata Oded, ternyata ada RW yang mampu mengumpulkan dana lebih Rp 100 juta yang bersumber dari infak masyarakat. Selain PIPPK yang terdahulu, Oded-Yana akan menambahnya sebagai PIPPK plus.

"Insya Allah menjadi Rp 200 juta per RW. Mudah- mudahan semakin menggairahkan infak dan sumbangan masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya. Kondisi warga yang berdaya diharapkan akan mempercepat pembangunan di tingkat RW, dan kemiskinan semakin berkurang," tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement