Sabtu 10 Mar 2018 09:40 WIB

Di Papua, Yusril Bicara tentang Politik Islam

Yusril mengatakan Islam telah memberikan bimbingan cara hidup dalam kemajemukan.

Rep: Amri Amrullah / Red: Reiny Dwinanda
Ketua Umum PBB,  Yusril Ihza Mahendra, usai mediasi dengan KPU di Kantor Bawaslu,  Thamrin, Jakarta Pusat,  Jumat (23/2). Yusril menegaskan akan melawan KPU di pengadilan karena mediasi pasa Jumat gagal.
Foto: Republika/Dian Erika Nugraheny
Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra, usai mediasi dengan KPU di Kantor Bawaslu, Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (23/2). Yusril menegaskan akan melawan KPU di pengadilan karena mediasi pasa Jumat gagal.

REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Berbicara tentang politik dalam Islam, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra mengatakan kemajemukan adalah suatu keniscayaan yang harus diterima. Islam telah memberikan bimbingan cara hidup dalam kemajemukan. 

Umat Islam pun sepanjang sejarahnya telah terbiasa hidup berdampingan secara damai atas dasar menghormati dan saling menghargai dalam kebersamaan. Ia menjelaskan ada tiga prinsip utama yang harus ditegakkan dalam menjaga kemajemukan.

"Prinsip keadilan, keseimbangan dan proporsionalitas harus dijaga dalam semua aspek kehidupan," ujarnya melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (10/3).

Yusril mengungkapkan hal tersebut dalam ceramahnya di Gedung Pertemuan Masjid Akbar Kota Sorong, Papua Barat, Jumat (9/3). Pertemuan yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia Kota Sorong itu dihadiri sekitar 500 tokoh ormas Islam, sesepuh, dan aktivis Islam. 

Dalam pengisian jabatan politik dan penerapan kebijakan sosial ekonomi, penerapan ketiga prinsip itu sangat mutlak diperlukan. Yusril meyakni prinsip itu akan menjaga agar bangsa ini tetap utuh dan bersatu selamanya, tanpa dibayangi kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi.

"Ketiga prinsip tersebut hanya bisa ditegakkan jika umat Islam terlibat langsung ke dalam politik, bukan sekedar jadi penonton," kata Yusril. 

Yusril pun mengganggap umat Islam perlu mengisi berbagai jabatan politik strategis. Dengan begitu, kebijakan negara dapat sejalan dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dan nilai-nikai kebangsaan demi kemaslahatan dan kemajuan bangsa.

"Tidak ada jalan lain bagi umat Islam kecuali berkompetisi dan mengatur strategi secara tepat untuk membangun kebijakan dan melakukan kontrol terhadapnya agar Islam dan umat Islam menjadi tuan rumah di negerinya sendiri," ungkap Yusril.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement