REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat politik, Yunarto Wijaya, melihat, peluang Prabowo Subianto untuk bisa mengalahkan Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres 2019) masih kecil. Bahkan, dibanding dengan tahun 2014, kesempatan menang ketua umum Partai Gerindra tersebut lebih rendah.
Ada beberapa faktor penyebab yang disampaikan Yunarto. Di antaranya, Jokowi sebagai incumbent atau pejawat memiliki waktu lebih lama untuk kampanye. "Tidak secara langsung, melainkan melalui kinerjanya selama ini dan kebijakan yang sudah dikeluarkan selama dia menjabat sebagai presiden," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/3).
Faktor berikutnya, sikap Prabowo yang tidak terlalu intensif dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat pada momen politik ini. Dibandingkan sosok Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang lebih banyak mendapat sorotan dan momentum, Prabowo terbilang redup.
Untuk meningkatkan kembali elektabilitasnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan Prabowo, terutama muncul ke publik dan menyuguhkan solusi atas permasalahan kekinian. Yunarto menjelaskan, dalam melawan incumbent, pemimpin opsisi harus selalu hadir dalam tiap perdebatan wacana dan kebijakan.
Apabila Prabowo terus-terusan tidak terlihat, peluangnya untuk menang Pilpres 2019 akan semakin kecil. Pasalnya, sang lawan utama, Jokowi, sudah identik sebagai karakter merakyat dan terkenal dengan konsep blusukan.
"Kita sudah jarang sekali melihat beliau muncul. Dampaknya, publik jadi merasa tidak terbiasa lagi," tutur Yunarto yang merupakan Direktur Eksekutif Charta Politika ini.
Cara berikutnya, Yunarto mengatakan, adalah memilih pasangan dari luar Jawa dan memiliki branding baru untuk menyeimbangkan sosok Prabowo yang identik dengan ke-Jawa-an serta identik sebagai generasi lama.