REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Impor minyak mentah Korea Selatan dari Iran turun 31,2 persen pada Februari dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Februari tahun ini Korsel hanya mengimpor 1,12 juta ton atau 294,274 barel per hari (bpd).
Impor minyak Iran di negara tersebut goyah setelah adanya masalah teknis di lapangan selatan Iran tahun lalu. Tenggelamnya kapal tanker Iran dalam perjalanan ke Korsel Januari lalu juga menjadi penyebab goyahnya impor.
Kendati demikian, impor minyak mentah pada Februari naik 18,3 persen dari Januari. Dalam dua bulan pertama tahun ini, pengiriman minyak dari Korsel turun 39,5 persen menjadi 2,07 juta ton dibandingkan dengan 3,43 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Untuk diketahui, Korsel merupakan salah satu importir minyak utama Iran. Negeri Ginseng itu utamanya membeli kondensat atau minyak ultra ringan dari negara Timur Tengah.
Iran telah meningkatkan ekspor minyak mentah dan kondensatnya sejak sanksi atas program nuklir dicabut 2016 lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, Iran telah meningkatkan upaya untuk mempertahankan pelanggan Asia di tengah ketidakpastian mengenai pembaharuan sanksi AS.
Ekspor minyak mentah dan kondensat Iran pada Maret diperkirakan akan turun ke level terendah dalam kurun waktu dua tahun karena permintaan minyak Asia melunak. Total impor minyak mentah Februari Korsel adalah 12,55 juta ton atau 3,29 juta bpd, naik 6,2 persen dari 11,81 juta ton tahun lalu.
Impor minyak Korsel dari Kuwait melonjak 21,2 persen menjadi 2,19 juta ton atau 572.947 bpd dari 1,81 juta ton pada 2017. Impor minyak dari Arab Saudi, pemasok minyak mentah utama Korsel naik 14,5 persen menjadi 4,13 juta ton pada Februari atau 1,08 juta bpd dari 3,61 juta ton tahun lalu.
Pada Januari hingga Februari, impor minyak mentah Korsel meningkat 6,7 persen menjadi hampir 25,8 juta ton atau 3,20 jta barel per hari, dibandingkan 24,18 juta ton pada waktu yang sama tahun lalu. Data impor minyak mentah akhir Korea Selatan akan dirilis akhir bulan ini oleh Korea National Oil Corp (KNOC).