Selasa 30 May 2023 18:11 WIB

OPEC akan Sambut Kembalinya Iran ke Pasar Minyak Global

Saat ini ekspor minyak Iran menjadi sasaran sanksi Amerika Serikat (AS).

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Ladang minyak Iran
Foto: .
Ladang minyak Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Haitham Al-Ghais mengatakan, organisasinya akan menyambut kembalinya Iran secara penuh ke pasar minyak ketika sanksi terhadap negara tersebut dicabut. Iran merupakan anggota OPEC, tapi saat ini ekspor minyaknya menjadi sasaran sanksi Amerika Serikat (AS).

Al-Ghais mengungkapkan, Iran memiliki kapasitas untuk menghasilkan volume produksi yang signifikan dalam waktu singkat. "Kami percaya bahwa Iran adalah pemain yang bertanggung jawab di antara anggota keluarganya, negara-negara dalam kelompok OPEC. Saya yakin akan ada kerja sama yang baik, dalam sinkronisasi, untuk memastikan bahwa pasar akan tetap seimbang seperti OPEC terus melakukannya selama beberapa tahun terakhir," ucap Al-Ghais saat melakukan kunjungan perdana ke Teheran, dilaporkan kantor berita Iran, Shana News Agency, Selasa (30/5/2023).

Baca Juga

Dia pun sempat menanggapi pertanyaan tentang pengurangan produksi sukarela OPEC dan dampaknya terhadap harga minyak. “Di OPEC, dan saya akan sangat jujur kepada Anda, kami tidak menargetkan tingkat harga tertentu. Semua tindakan kami, semua keputusan kami dibuat untuk memiliki keseimbangan yang baik antara permintaan minyak global dan pasokan minyak global," ucapnya.

Pada April lalu, Arab Saudi dan anggota OPEC+, yakni OPEC serta negara-negara sekutunya termasuk Rusia, mengumumkan pengurangan lebih lanjut dalam produksi minyak sekitar 1,2 juta barel per hari (bph). Sebelumnya OPEC+ sudah memutuskan untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph. Keputusan itu mereka ambil setelah melangsungkan pertemuan di Wina, Austria, pada 5 Oktober 2022 lalu. Kala itu keputusan pemangkasan produksi diambil dengan pertimbangan untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang lebih lemah.

Saudi selaku pemimpin OPEC diketahui telah sepakat melakukan pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran pada Maret lalu. Cina berperan besar dalam memediasi Riyadh dan Teheran. Oleh sebab itu, kesepakatan rekonsiliasi Iran-Saudi diberi nama Beijing Agreement. Sebab proses pembicaraan berlangsung di Beijing.

Saat ini Iran dan Saudi sedang dalam proses untuk membuka kembali misi diplomatiknya di negara satu sama lain. Pulihnya hubungan Iran dengan Saudi dipandang positif akan membantu penyelesaian beberapa masalah di kawasan, terutama konflik Yaman.

Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement