REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Pappiptek LIPI) Wati Hermawati mengatakan ketimpangan gender dalam ilmu pengetahuan dan teknologi masih terjadi meskipun sudah ada upaya untuk menguranginya.
"Program pembangunan dan kebijakan untuk mengeliminasi (mengurangi) ketimpangan gender sudah dilakukan di berbagai tingkatan. Namun, di bidang iptek masih terjadi," kata Wati dalam dalam peluncuran buku yang dilakukan LIPI di Jakarta, Jumat (16/3).
Wati mengatakan ketimpangan gender terjadi karena ada perbedaan-perbedaan antara laki-laki dengan perempuan; baik tua, muda, anak-anak dan berkebutuhan khusus; sebagai hasil rekayasa budaya.
Perbedaan-perbedaan itu berinteraksi dengan beraneka ragam praktik-praktik ilmu pengetahuan dan teknologi secara historis dan sosial serta makna atau penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
"Perempuan kurang terlibat secara maksimal baik sebagai pelaku pengembangan iptek, maupun sebagai pengguna hasil-hasil iptek," tuturnya.
Menurut Wati, partisipasi perempuan dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi masih jauh dibawah laki-laki termasuk dalam riset dan pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dia mencontohkan profesor riset di LIPI, saat ini hanya 23 persen dari total 214 orang yang aktif. Anggota legislatif perempuan di DPR, yang sebenarnya diharapkan berkuota 30 persen, saat ini baru 17,2 persen.
"Itu baru segi kuantitas. Apakah 17,2 persen itu bisa dipastikan responsif gender yang bisa memperjuangkan kepentingan perempuan?" katanya.
LIPI meluncurkan buku "Gender dalam Ilmu Pengetahuan: Perkembangan, Kebijakan, dan Tantangannya di Indonesia" yang merupakan hasil penelitian, kajian, maupun pengalaman para peneliti dan pemerhati gender dari LIPI dan pemangku kepentingan terkait.
Wati bertindak sebagai penyunting buku tersebut sekaligus menulis dua bab berjudul "Perkembangan, Kebijakan, dan Tantangan Gender dalam Iptek di Indonesia" dan "Dimensi Gender dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi".