Ahad 18 Mar 2018 09:44 WIB

Menteri LHK: Persoalan Sampah di Indonesia Cukup Serius

Viral di media sosial bahwa Indonesia juara sampah plastik.

Rep: Nur'aini/ Red: Budi Raharjo
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya memberi sambutan dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2018, di anjungan Pantai Losari, Makassar, Ahad (18/3).
Foto: Nur'aini
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya memberi sambutan dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2018, di anjungan Pantai Losari, Makassar, Ahad (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar mengatakan Indonesia menghadapi persoalan sampah yang telah sampai tahap cukup serius. Bahkan, Indonesia disebut sebagai juara sampah plastik.

"Dalam dua pekan ini, sejak 3 Maret, viral di media sosial bahwa Indonesia juara sampah plastik. Itu hasil penelitian orang asing dari Amerika pada 2015, " ujarnya pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018 di anjungan Pantai Losari, Makassar, Ahad (18/3).

Meski demikian, Siti mengatakan dari 2015 hingga 2018, telah terjadi perubahan signifikan dalam penanganan sampah. Perubahan tersebut terjadi karena dinamika masyarakat yang memunculkan gerakan penanganan sampah.

Gerakan tersebut lahir dari komunitas dengan beragam agenda seperti bank sampah, pendidikan anak sekolah yang sadar sampah, dan lorong garden di Makassar. "Sampah juga menjadi produktif, sesuatu yang bermanfaat, penolong bagi ekonomi keluarga. Bank sampah adalah contoh nyata," ujarnya.

Penanganan sampah di Indonesia, kata dia, sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Namun, penanganan tersebut masih menghadapi tantangan yakni perilaku masyarakat yang masih mementingkan diri sendiri. "Masyarakat masih berpikiran /biarin/ yang penting tidak di halaman saya," ujarnya.

Selain itu, tantangannya berasal dari sulitnya pemenuhan anggaran untuk menangani sampah. "Pemkot susah mengeluarkan anggaran untuk sampah karena tidak ada pemasukannya, istilahnya /cost center/ atau sumber pembiayaan."

Lantaran hal itu, Siti menilai stimulan bank sampah seperti yang dilakukan di Makassar menjadi contoh baik untuk penanganan. Praktiknya di Makassar, bank sampah dibuat oleh ibu-ibu rumah tangga. Mereka menyetor sampah untuk diberi nilai yang bisa ditukarkan dengan pembayaran tarif listrik. "Langkah itu /switch/ (mengubah) paradigma, (sampah) menjadi produktif," ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal mengatakan Makassar menghasilkan sampah 1.200-1.400 ton per hari. Produksi sampah tersebut dinilai bisa berdampak negatif jika tidak diatur. "Tetapi bisa beri kemanfaatan dan menjaga lingkungan, jika masyarakat melakukan gerakan bersama menangani sampah," ujarnya.

Gerakan bersama penanganan sampah di Makassar, salah satunya dilakukan dengan bank sampah yang telah membuat kompos. Bank sampah dilakukan berbasis komunitas dan rumah tangga.

Peringatan HPSN 2018 difokuskan pada pelaksanaan agenda Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS) mulai 21 Januari 2018sampai dengan 21 April 2018 yang meliputi berbagai gerakan kebersihan di seluruh wilayah Indonesia. Melalui TBBS yang salah satunya adalah gerakan kebersihan di area bebas kendaraan bermotor, pemerintah menargerkan masyarakat Indonesia lebih peduli pada kebersihan lingkungan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement