REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Muslim Kanada menjadi salah satu unsur kemajemukan warga negara Kanada. ''Kanada bukanlah dunia baru bagi umat Muslim karena kami sudah ada di sini sejak abad ke-19,'' kata Daood Hassan Hamdani, seorang tokoh Muslim Kanada.
Komunitas Muslim sendiri di negara itu sangatlah plural. Mereka berasal dari negara yang berbeda-beda, memiliki latar belakang budaya, ras, etnik, dan bahasa yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, setiap Muslim Kanada memiliki identitas primordialnya sendiri. Namun, dalam perbedaan itu, agama Islam memainkan peran penting bagi kesatuan umatnya, yaitu menjadi perekat antarsesama Muslim.
Gelombang imigrasi ke Kanada tercatat mulai abad ke-19. Sulayman S Nyang, dalam bukunya Islam in the United States of Amerika, menyatakan, arus imigrasi dari negara-negara Asia, Afrika, dan Eropa Timur ke benua Amerika banyak dipicu oleh faktor keamanan dan ekonomi akibat peperangan yang sering terjadi.
Dari Jazirah Arab, gelombang imigrasi mengalir dari kawasan Syam, kini masuk wilayah Siria, Yordania, Lebanon, dan Palestina. Dari wilayah Eropa Timur, tercatat imigran dari Yugoslavia, Ukraina, dan Albania. Sedangkan, dari Benua Asia adalah Afghanistan, Iran, Palestina, dan India.
Daood Hassan Hamdani mengatakan, orang Muslim Kanada pertama adalah Agnes Love dan James love, pasangan muda dari Skotlandia. Mereka berada di kawasan itu kira-kira 13 tahun sebelum Bapak Konfederasi, George Brown, mendeklarasikan berdirinya Kanada.
Konfederasi Kanada baru terbentuk tepatnya satu tahun sebelum anak terakhir mereka, Alexander, lahir pada 1868. Pasangan Muslim lain adalah John and Martha Simon yang tercatat menempati kawasan Ontario pada tahun 1871 setelah bermigrasi dari Amerika Serikat. John berkebangsaan Inggris, sedangkan Martha orang Prancis.
Negara tujuan para imigran merupakan Land of Opportunities di mana mereka berobsesi dapat hidup lebih baik. Yaitu, lepas dari tekanan sistem politik yang ofensif, ancaman kemiskinan, dan keterbekangan pendidikan.