REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang banyak memiliki andil dalam pengembangan arsitektur Islam ke negara-negara lainnya. Andil mereka dapat dilihat pada bangunan-bangunan yang telah berdiri sejak Dinasti Seljuk memegang tampuk kekuasaan Khilafah Islamiyah pada abad ke-11 M hingga 14 M.
Dinasti ini merupakan kekaisaran Islam pertama Turki yang memerintah dunia Islam. Kekuasaan yang digenggamnya begitu luas meliputi Asia Tengah dan Timur Tengah, terbentang dari Anatolia hingga ke Punjab di belahan selatan Asia.
Kekaisaran Seljuk memang dikenal sangat mendukung dan mendorong perkembangan kebudayaan, salah satunya seni bina bangun atau arsitektur. Tak heran, bila pada era kekuasaan Dinasti Seljuk, banyak berdiri karya arsitektur yang mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan kembali pencapaian Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang arsitektur.
Caravanserai
Penguasa Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai atau tempat singgah bagi para pendatang atau pelancong. Caravanserai dibangun untuk menopang aktivitas perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma alias gratis.
Di caravanserai itulah, para pendatang akan dijamu dengan makanan serta hiburan. Secara fisik, bangunan caravanserai terdiri atas halaman, bangunan gedungnya dipercantik dengan membentuk pola lengkungan. Dalam caravanserai terdapat kamar menginap, depo, kamar pengawal, serta tersedia juga kandang untuk alat transportasi seperti kuda.
Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga donor. Organisasi itu pertama kali didirikan di Rabat Malik. Caravanserai di wilayah Iran itu menjadi cikal bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti Seljuk. Caravanserai pertama itu dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara-Samarkand. Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru istana padang Dinasti Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan dinding yang kuat.
Madrasah
Menurut ahli etimologi Eropa, Van Berchem, para arsitektur di era Dinasti Seljuk mulai mengembangkan bentuk, fungsi, dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas menjadi madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.
Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh Perdana Menteri yang berkuasa pada masa kekaisaran Seljuk, Nizam al-Mulk, menjadi bangunan publik. Sang emir terispirasi oleh penguasa Ghasnavid dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizam al-Mulk terdapat di Baghdad sekitar tahun 1065-1067 M.
Fakta menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080 M hingga 1092 M di Kharghird, Khurasan, sudah menggunakan empat iwan. Secara fisik, bangunan madrasah Seljuk terdiri atas halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi empat iwan. Selain itu, juga ada asrama dan ruang belajar.
Salah satu madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di Anatolia. Bangunan madrasah itu menerapkan karakter khas Iran, termasuk penggunaan iwan dan menara ganda yang membingkai pintu gerbang.
Menara Masjid
Bentuk menara masjid-masjid di Iran yang dibangun Dinasti Seljuk secara substansial berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi menara silinder sebagai ganti menara berbentuk segi empat.
Makam
Pada era kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai dikembangkan. Model bangunan makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun untuk menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang dikembangkan para arsitek Seljuk mengambil dimensi baru.
Bangunan makam yang megah dibangun pada era Seljuk tak haya ditujukan untuk menghormati para penguasa yang sudah meninggal. Tapi, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka juga mendapatkan tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan ilmuwan terkemuka di era Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh.
Bangunan makam Seljuk menampilkan beragam bentuk, termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder, dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah, terutama di Iran. Selain itu, ada pula yang atapnya berbentuk kerucut, terutama di Anatolia. Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.
Masjid
Inovasi para arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak pada bangunan masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri atas sebuah kubah dan berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas, seperti caravanserai dan madrasah.