REPUBLIKA.CO.ID, QUEBEC -- Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa Islamofobia tersebar luas di provinsi Quebec, Kanada. Penelitian itu juga disebutkan, umat Islam adalah kelompok sosial yang paling sedikit disukai masyarakat Kanada di seluruh negeri.
"Orang kulit putih, Katolik, penduduk asli, minoritas rasial dan anggota komunitas LGBT semuanya menerima skor rata-rata lebih tinggi dari pada Muslim. Jawaban itu diperoleh saat warga Kanada diminta untuk menetapkan skor antara nol dan 100 terkait perasaan mereka tentang kelompok-kelompok itu," demikian isi laporan penelitian tersebut.
Muslim menerima skor rata-rata terendah, yaitu 56, di Quebec. Angka terendah berikurnya adalah 67 di Prairies. Warga British Columbia memiliki pandangan yang baik tentang Muslim, dengan skor rata-rata 77.
Skor itu diambil dari 'skala ukuran perasaan' yang dimasukkan dalam Survei Pemilu Kanada 2011, yang memiliki hampir 3.500 responden. Untuk mendapatkan ukuran Islamofobia yang lebih tepat, penulis penelitian bernama Sarah Wilkins-Laflamme dari University of Waterloo membandingkan perasaan orang-orang tentang Muslim dengan perasaan mereka terhadap kelompok minoritas dan mayoritas lainnya.
Untuk melakukannya, Wilkins-Laflamme, seorang profesor sosiologi, mengurangi skor Muslim dari skor putih dan dari skor tentang minoritas rasial lainnya. Nilai negatif yang lebih besar akan menyoroti sentimen anti-Muslim.
Di samping itu, penelitian ini menemukan 70 persen responden di provinsi ini mengungkapkan sentimen anti-Muslim yang signifikan, yaitu, kesenjangan negatif lima poin atau lebih antara perasaan terhadap Muslim dan kulit putih. Disebutkan, 57 persen responden Quebec secara signifikan memiliki sikap yang lebih negatif terhadap Muslim daripada minoritas ras lainnya.
Hanya 34 persen penduduk British Columbia yang memiliki sikap negatif yang signifikan terhadap Muslim ketika dibandingkan dengan kulit putih, dan sebanyak 28 persen jika dibandingkan dengan minoritas ras lainnya.
Kesimpulan penelitian tentang sentimen anti-Muslim di Quebec sejajar dengan temuan dari beberapa jajak pendapat terbaru. Sebagai contoh, sebuah studi CROP 2017 menyebutkan bahwa 34 persen dari warga Quebec setuju bahwa imigran Muslim harus langsung dilarang, dibandingkan dengan 23 persen di seluruh Kanada.
Namun, penelitian Wilkins-Laflamme menonjol karena sejumlah alasan. Pertama, itu bergantung pada ukuran sampel yang jauh lebih besar dari kebanyakan jajak pendapat. Di samping, menarik dari data yang dikumpulkan oleh Statistik Kanada, yang membuat temuan lebih kuat. Kedua, meskipun menggunakan data yang berusia beberapa tahun, ini adalah salah satu dari beberapa studi akademis yang menawarkan pemeriksaan skala besar terhadap Islamofobia di Kanada.
Temuan ini juga menantang kecenderungan para pemimpin politik Quebec yang mengecilkan Islamofobia di provinsi ini. Baru-baru ini, perdebatan muncul apakah akan mengubah peringatan penembakan masjid kota Quebec, yang jatuh pada 29 Januari, menjadi hari aksi melawan Islamofobia.
Kaum Liberal, Parti Quebecois, dan Koalisi Avenir Quebec (CAQ), semuanya menentang gagasan, yang mendapat dukungan dari para pemimpin komunitas Muslim.
"Quebec terbuka dan ramah. Mereka bukan orang Islamofobia," kata Samuel Poulin, juru bicara CAQ, dilansir di CBC, Jumat (23/3).
Upaya yang dilakukan oleh aktivis anti-rasisme untuk membahas Islamofobia sering diperlakukan oleh para pakar konservatif sebagai kampanye kotor terhadap seluruh provinsi. Persepsi itu telah membantu menahan konsultasi yang diusulkan di seluruh provinsi tentang rasisme sistemik.
"Saya benar-benar marah ketika saya mendengar orang mengatakan Islamofobia bukan sebuah hal atau tidak ada. Jika Anda mendefinisikannya sebagai prasangka dan permusuhan terhadap Muslim, saya punya data survei berkualitas baik yang mengatakan itu ada di sana," kata Wilkins-Laflamme.
Namun, dia juga mencatat bahwa sentimen anti-Muslim hadir di tingkat yang signifikan di seluruh negeri. Dia menambahkan dimensi pada penelitian yang menguji apakah sikap Islamofobik berhubungan dengan Muslim itu sendiri yang mengalami diskriminasi.
Menggunakan data korban yang dirilis oleh Statistik Kanada pada 2014, Wilkins-Laflamme menemukan bahwa 21,8 persen Muslim Quebec melaporkan mengalami diskriminasi. Angka itu lebih rendah dari Atlantik Kanada (35,4 persen) dan sedikit lebih tinggi dari Ontario, di mana angka itu terendah di 17,8 persen.
"Itu adalah temuan yang paling mengejutkan saya. Saya memperkirakan perasaan negatif ini, sehingga kita melihat potongan besar dari populasi Quebec yang berpegang pada Muslim akan mewujudkan ke lebih banyak Muslim yang tinggal di Quebec mengatakan bahwa mereka mengalami diskriminasi karena agama mereka. Namun kenyataannya itu tingkat yang sangat mirip dengan provinsi lain di Kanada," tambahnya.