REPUBLIKA.CO.ID, NEW YOKR -- Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Investor masih terpengaruh oleh pengumuman Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif terhadap produk-produk impor Cina.
Meskipun ada peringatan kuat dari kelompok bisnis dan pakar perdagangan, Trump pada Kamis (22/3) menandatangani memorandum yang dapat mengenakan tarif hingga 60 miliar dolar AS pada impor dari Cina. Ini adalah langkah sepihak yang memicu aksi jual di pasar.
Menurut memorandum presiden, Trump telah mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS, Robert Lighthizer, untuk menerbitkan daftar barang-barang Cina yang diusulkan yang dapat dikenakan tarif dalam 15 hari. Sementara Departemen Keuangan AS akan memiliki waktu 60 hari untuk mengusulkan pembatasan investasi Tiongkok di Amerika Serikat.
Langkah itu mendorong persentase penurunan terbesar di tiga indeks saham utama Wall Street dalam enam minggu. Dow merosot lebih dari 700 poin, karena investor gelisah oleh skala tarif AS dan kemungkinan dampaknya terhadap perdagangan global.
Kedutaan Besar Cina di Amerika Serikat, dalam tanggapannya, mengatakan, ini adalah tipe tindakan proteksionisme perdagangan sepihak. Negeri Tirai Bambu itu sangat kecewa dan dengan tegas menentang tindakan semacam itu.
Di sisi ekonomi, pesanan baru AS untuk barang-barang tahan lama yang diproduksi pada Februari meningkat 7,4 miliar dolar AS, atau 3,1 persen, menjadi 247,7 miliar dolar.
Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,2367 dolar AS dari 1,2306 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,4145 dolar AS dari 1,4109 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7713 dolar AS dari 0,7711 dolar AS.
Dolar AS dibeli 104,84 yen Jepang, lebih rendah dari 105,63 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9467 franc Swiss dari 0,9506 franc Swiss, dan turun menjadi 1,2863 dolar Kanada dari 1,2915 dolar Kanada.