Sabtu 24 Mar 2018 18:14 WIB

Batik Gedog Layak di Angkat ke Level Nasional

Puti Guntur melihat potensi pengembangan batik gedog

Aktivitas membuat batik gedog.
Foto: semen indonesia
Aktivitas membuat batik gedog.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno kagum dengan batik gedog Tuban. Menurutnya,  batik gedog dinilai layak untuk diangkat ke level nasional, bahkan intrenasional.

“Setiap daerah memiliki kekayaan sendiri. Di Tuban, salah satunya, batik gedog,” kata Puti Guntur Soekarno, Sabtu (24/3) di Surabaya, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id.

Saat berada di Tuban, Puti mengunjungi pengrajin batik gedog di Desa Kedungrejo, Kerek, Tuban. Ciri khas batik gedog terletak bahan utama yang menggunakan tenun.  Tenun berasal dari kapas yang ditanam di ladang-ladang sekitar sentra kerajinan.

Puti juga melihat alat tenun tradisional, yang dipakai memintal kapas. “Batik gedog layak diangkat ke level nasional, bahkan go internasional,” kata Puti Guntur.

Saat melihat batik gedog, Puti sempat mengontak desainer terkemuka, Edward Hutabarat. “Bang Edo (Edward Hutabarat) itu sahabat saya. Saya diajari berbagai corak dan sejarah batik Indonesia. Ia memang ahli di bidang batik tenun dan tekstail," cerita Puti.

Puti Guntur berbelanja sejumlah kain baik. Salah satunya, bercorak Lok Can. “Motifnya terlihat kuno dan antik,” kata Puti.

Ciri khas Lok Can, dibatik di atas kain sutra berwarna biru. Dikenal dengan bahasa Kanton "Lok Can". Sementara ornamennya, makhluk supranatural khas Tiongkok. Seperti, burung Hong maupun naga (liong).

Puti Guntur ingin mengenakan motif batik itu di forum internasional. Ia sering diundang ke luar negeri. Seperti menjadi dosen tamu di Kokushikan University, Tokyo, Jepang. Puti diminta memberi materi ajaran Bung Karno dan Pancasila.

Tidak banyak yang menekuni batik tenun. Diperlukan pelatihan pada kaum perempuan, supaya mengembangkan kerajinan itu.

"Yang mengerjakan kebanyakan kaum perempuan,” kata dia. Proses produksi batik tenun menuntut kesabaran dan ketelitian. Karena pengerjaannya manual. Terdapat banyak jarum. Terlebih lagi, saat benangnya putus di tengah proses produksi.

Maka harus dilakukan penyambungan, dengan teliti, di mana jarum benang putus. "Yang bisa melakukan ini perempuan. Makanya, pemberdayaan perempuan ini sangat penting," ujar Puti.

Selain batik tenun, pelestarian batik tulis juga harus dilakukan. Pengerjaannya juga manual-tradisional, yakni menggunakan canting. “Sekarang, di era digital ini, pengenalan produk-produk lokal, seperti batik tenun dan batik tulis bisa dilakukan, misal lewat media sosial,” kata Puti.

Terkait dengan nama batik gedog, pemilik gerai batik, Nani Hariningsih, menjelaskan bahwa nama itu terkait dengan proses pembuatan.

 “Karena saat menenun, mengeluarkan suara "dog, dog", sehingga dikenal batik gedog,” kata Nani.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement