Rabu 28 Mar 2018 09:00 WIB

Karyawan Cambridge Analytica Diracun Hingga Tewas di Kenya

Mantan karyawan Cambridge Analytica bersaksi di parlemen Inggris soal pencurian data.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Konsultan politik Cambridge Analytica terlibat dalam kasus bocornya data 50 juta pengguna Facebook.
Foto: BBC
Konsultan politik Cambridge Analytica terlibat dalam kasus bocornya data 50 juta pengguna Facebook.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan karyawan Cambridge Analytica, Christopher Wylie, memberikan kesaksian dihadapan anggota parlemen Inggris pada Selasa (27/3). Ia mengungkap, pernah ada salah seorang karyawan perusahaan itu yang tewas diracun di sebuah kamar hotel di Kenya.

Karyawan yang diketahui bernama Dan Muresan itu diduga sengaja dibunuh karena telah terlibat dalam sebuah kesepakatan politik yang salah. Pria berusia 30 tahunan tersebut kemudian diracun dan polisi telah disuap untuk tidak menyelidiki kamar hotelnya.

Itulah informasi yang diberitahukan kepada saya. Saya tidak ada di sana. Saya tidak dapat berbicara mengenai kebenaran informasi tersebut, tetapi itulah yang diberitahukan kepada saya," kata Wylie, seperti dilaporkan laman Time.

Baca juga, Cara Kotor Cambridge Analytica Pengaruhi Pemilu di Banyak Negara

 

Wylie muncul di depan anggota parlemen Inggris untuk bersaksi tentang perannya di Cambridge Analytica. Ia sebelumnya mengungkapkan, perusahaan itu telah mencuri data 50 juta pengguna Facebook tanpa sepengetahuan pihak terkait, dalam upaya untuk membantu kampanye politik AS, termasuk kampanye Presiden Donald Trump.

Dalam akun Twitter resminya, Cambridge Analytica mengatakan keterangan yang disampaikan Wylie adalah keterangan yang sudah sangat lampau. Terlebih Wylie dilaporkan telah meninggalkan perusahaan itu sejak 2014.

"Christopher Wylie adalah karyawan kontrak paruh waktu yang keluar pada Juli 2014 dan tidak memiliki informasi langsung tentang pekerjaan kami sejak tanggal itu," kata perusahaan tersebut.

Cambridge Analytica telah berulang kali membantah melakukan kesalahan. Perusahaan itu mengatakan telah menghapus data-data pengguna Facebook sesaat setelah mengetahui mereka telah melanggar kebijakan Facebook.

Pengungkapan skandal pencurian ini telah membuat Washington dan London meminta Facebook dan perusahaan teknologi lainnya untuk mengeluarkan peraturan baru guna menangani keamanan data pengguna.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement