REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Lilik Kurniawan mengajak masyarakat hanya mempercayai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait informasi bencana tsunami, termasuk permodelan tsunami 57 meter yang dapat terjadi di ujung Banten. "Semua informasi potensi mengenai tsunami itu ada di BMKG. BMKG secara rssmi menyatakan itu, bukan pihak-pihak yang lain," kata Lilik di Jakarta, Rabu (11/4).
Dengan begitu, jika ada informasi mengenai potensi terjadi tsunami dari pihak lain agar tidak panik. Terkait adanya kajian peneliti Widjo Kongko soal tsunami 57 meter itu merupakan materi mentah yang seharusnya belum menjadi konsumsi publik dan harus dikaji secara mendalam oleh BMKG kemudian informasi itu dibuka kepada publik.
BMKG sendiri hingga saat ini belum pernah mengeluarkan peringatan dini tsunami setinggi 57 meter yang dalam kajian penelitian akan terjadi di Pandeglang, Banten. Permodelan tsunami 57 meter itu sendiri sempat tersebar ke publik karena pemberitaan media massa dan viral di tengah publik. Seharusnya, informasi tersebut meskipun merupakan kajian akademik yang ilmiah tetap harus bermuara pada BMKG jika memang harus dipublikasikan.
"Masyarakat sebaiknya tidak percaya dari selain BMKG. Karena bagaimanapun instansi resmi yang mengumumkan potensi tsunami itu BMKG. Harus ada satu pintu... Itu sesuai undang-undang mengenai persebaran informasi terkait peringatan tsunami," kata dia.
Menurut dia, kajian akademik dari Widjo Kongko soal tsunami 57 meter itu merupakan penelitian yang terlalu prematur untuk dipublikasikan kepada khalayak umum. "Dalam kasus ini bagaimana masing-masing peneliti membuat penelitian. Penelitian ini masih belum saatnya dipublikasi, jadi BMKG dalam posisi mencari informasi," kata dia.
Penting juga, kata dia, jika masyarakat sudah paham mengenai sumber utama info peringatan tsunami dari BMKG maka selanjutnya adalah respon dari masyarakat itu sendiri. "Setelah masyarakat paham itu, dia harus bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya, keluarganya, tetangganya ke tempat lebih aman. Ini yang kita maksud memahami risiko sebelum tsunami terjadi harus siapkan jalur evakuasi, jalannya mana, tempat evakuasinya ke mana," kata dia.