Kamis 12 Apr 2018 11:47 WIB

Puluhan Orang Mati dalam Kondisi Mengenaskan di Douma

Sejumlah video yang beredar menunjukkan bukti kuat serangan gas beracun di Suriah

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di  Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, pada 25 Februari 2018.
Foto: Bassam Khabieh/Reuters
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, pada 25 Februari 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menurut pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), gejala yang dilaporkan konsisten dengan asphyxiant dan agen saraf semacam itu. Ini berkaitan dengan laporan dugaan serangan terbaru gas beracun di Suriah.

AS mendesak peneliti internasional harus terjun langsung ke lokasi untuk memastikan apakah bahan kimia digunakan untuk menyerang kota Douma, Suriah. Organisasi Larangan Senjata Kimia (OPCW) telah mengirim tim tersebut.

Banyak yang masih belum jelas tentang serangan itu. New York Times telah menganalisa lebih dari 20 video setelahnya. Kemudian melakukan penyelidikan atas catatan penerbangan yang disusun oleh pengamat terkemuka. Termasuk melakukan wawancara dengan puluhan warga, paramedis dan petugas penyelamat.

Dari segala upaya penyelidikan itu menunjukkan bahwa pasukan militer maju untuk mematahkan kehendak para pemberontak di Douma. Meskipun pasukan pemerintah menolak dakwaan adanya serangan kimia.

Setidaknya 43 orang meninggal karena kekurangan banyak udara untuk bernafas. "Mereka muncul pada hari terakhir, dan di sekitarmu adalah kematian," kata Hanash, seorang penyelidik.

"Itu adalah adegan yang tidak boleh dilihat siapa pun: lelaki tua, wanita dan anak-anak yang menjerit dan menderita," ujarnya menambahkan.

Menurut Mahmoud Adam dari Syrian Civil Defense, sebuah kelompok relawan yang lebih dikenal sebagai White Helmet, setelah serangan pada Sabtu (7/4) sore waktu setempat, 15 orang mulai tersedak. Para saksi mengatakan bahwa mereka mencium bau kaporit, yang berulang kali digunakan sebagai senjata dalam perang ini.

Malam itu, Hanash mendengar helikopter dan peluit yang katanya membawa bom barel yang membawa sejenis bahan kimia. "Setelah tong-tong itu jatuh, kami mencium bau," katanya.

Dia menggambarkan baunya manis. Tetapi orang-orang yang bersembunyi di ruang bawah tanah di dekatnya mulai berteriak. Kemudian tim penyelamat mengeksekusi enam orang yang pingsan. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada mereka.

Lalu tayangan video yang diambil oleh seorang aktivis menunjukkan tong lain mendarat di atas kasur di gedung paling atas yang telah roboh. Namun tong itu tidak meledak.

Sementara tong ketiga ditemukan di atap bangunan apartemen setinggi empat lantai yang padat di dekat pusat kota. Itu juga ditunjukkan dalam sebuah video yang diambil saat seorang aktivis yang mengunjungi gedung itu keesokan harinya.

Petugas penyelamat dan aktivis itu mau berbicara dengan meminta nama mereka tidak disebut karena takut akan pembalasan pemerintah. Dia mengaku menemukan puluhan pria, wanita, dan anak-anak tak bernyawa di bawah tanah.

Dalam video-video yang menggambarkan tempat kejadian, orang mati tidak menunjukkan tanda-tanda luka, tetapi beberapa keluar busa putih dari mulut dan lubang hidung mereka. Beberapa tampak selaput matanya seperti terbakar.

Aktivis itu mengatakan bahwa ketika bau itu memasuki ruang bawah tanah, beberapa orang mencoba naik ke lantai atas untuk mendapatkan udara segar. Namun tanpa sadar mereka justru mendatangi sumbernya lebih dekat.

Beberapa penduduk mengingat suara helikopter pada saat serangan itu. Jaringan warga sipil pengamat pesawat Suriah mengatakan dua helikopter Mil-M-8 telah terlihat sesaat sebelum serangan. Helikopter itu meluncur dari pangkalan Dumair ke arah serangan di Douma. Mereka mengatakan helikopter itu milik pemerintah Suriah.

Menurut seorang mahasiswa kedokteran yang bekerja di sana,segera setelah helikopter itu datang gelombang korban tiba di klinik lokal. Dia juga berbicara dengan syarat anonim karena takut pembalasan dari pemerintah Suriah.

Karena kelelahan dan kurang perawatan, para dokter menyiram pasien dengan air. Mereka mencoba untuk mengobati sisanya dengan respirator dan obat-obatan mereka yang terbatas.

Satu pasien mengalami kram otot dan berjuang sebelum dia pingsan, batuk darah dan lalu meninggal. "Sebagian besar kasus serius meninggal di rumah sakit," katanya.

Syrian Civil Defense menyusun nama-nama 35 orang korban. Mereka telah meninggal dalam serangan itu, tetapi delapan jenazah lagi tidak diidentifikasi.

Pagi berikutnya tenang. Ketika para penduduk keluar dari rumah dan tempat tinggal mereka, mereka mengetahui bahwa para pemberontak telah menyerah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement