REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasangan calon (Paslon) wali kota dan Wawali Kota Bandung kembali mengikuti debat publik kedua yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Ahad (15/4) malam. Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan menilai, dalam debat publik kedua itu, para Paslon masih belum menunjukkan gagasan yang konkret untuk membuat perubahan di Kota Bandung.
Pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan menilai debat kedua ketiga pasangan calon belum mampu menjelaskan program secara nyata dan lebih rinci. Program yang ditawarkan masih cenderung abstrak dan normatif. "Secara umum, debat berlangsung datar, abstrak, normatif, tidak menyentuh hal-hal konkret," kata Firman, Senin (16/4).
Menurutnya, dari segi penguasaan konsep debat, Firman berpendapat ketiga pasangan tidak ada yang menonjol. Se5hingga tidak memunculkan program-program yang tajam sebagai solusi dari permasalahan di Kota Bandung.
"Apa yang menjadi akar permasalahan tidak terelaborasi secara mendalam. Demikian pula dengan alternatif solusi, semua paslon cenderung tidak memberikan penjelasan yang komprehensif tentang tawaran agenda kebijakan konret untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi," katanya.
Ketiga pasangan calon dianggapnya malah tampak memberikan konsep yang seragam. Tidak terlihat diferensiasi yang tegas tentang tawaran program antara paslon yang satu dengan paslon yang lain.
Ia menyebutkan, hingga debat kedua ini seluruh pasangan calon masih belum tegas menyatakan posisinya, apakah sebagai suksesor dari wali kota sebelumnya atau justru menjadi sosok pembaharu di periode kepemimpinan 2018-2023. "Posisi paslon juga tidak jelas, apakah menawarkan program dengan semangat perubahan atau melanjutkan program yang telah dijalankan oleh pemerintahan terdahulu," ujarnya.
Meski begitu, Firman menilai pasangan calon nomor urut 1, Nurul Arifin dan Chairul Yaqin Hidayat (Ruli) tampil lebih baik. Salah satu indikatornya, yakni mampu memanfaatkan waktu secara maksimal dengan konten penyampaian yang efektif.
"Secara performa, dalam aspek komunikasi dan manajemen waktu, paslon Nurul-Ruli lebih unggul dibandingkan kedua paslon lain," ucapnya.
Antropolog Unpad, Budi Rajab menambahkan penampilan pasangan calon Nurul Arifin-Ruli ini paling menonjol dalam debat kedua Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2018. Pasalnya, pasangan nomor urut 1 tersebut paling lugas memberikan jawaban.
Meski Ruli dinilai masih kurang fokus dalam memberikan jawaban. Namun Budi melihat wakil yang diusung oleh Partai Demokrat itu justru sangat tenang berbicara di hadapan publik. Budi juga menilai pasangan nomor urut 2, Yossi Irianto dan Aries Supriatna tampil saling melengkapi. Sikap tenang Yossi dilihatnya ditunjang oleh kemampuan berbicara Aries.
"Tapi Yosie yang lebih tenang dan sistematis, dan didukung oleh Aries. Juga Yosi penuh dengan slogan, mereka hanya memainkan kata-kata," ujarnya.
Sementra itu, Budi melihat penampilan pasangan calon nomor urut 3 Oded Muhammad Danial dengan Yana Mulyana menjadi yang paling buruk. Menurutnya ketika memberikan jawaban, penuturan pasangan nomor urut 3 ini tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan.
"Hanya Oded dibicarakan tidak ada isinya dan tidak bisa menangkap pertanyaan," ujarnya.
Ia berharap ke depannya Paslon lebih memanfaatkan debat untuk mempertajam program-program yang ditawarkan kepada masyarakat. Sehingga warga Kota Bandung bisa melihat sosok pemimpin yang diharapkan untuk lima tahun ke depan.