Senin 16 Apr 2018 19:50 WIB

Median: Jika Ada Tiga Pasang Capres, Jokowi Diuntungkan

Median mengatakan, jika ada tiga pasangan capres di pilpres, Jokowi diuntungkan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Sidarto menyampaikan rilis survei nasional Survei Elektabilitas Kandidat : Siapa Layak Jadi Lawan Atau Pasangan Jokowi ? di Jakarta, Senin (16/4). Hasil survei menunjukan Jokowi sebagai petahana memimpin dengan 36,2 persen sedangkan Prabowo menjadi penantang terkuatnya dengan meraih 20,4 persen.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Sidarto menyampaikan rilis survei nasional Survei Elektabilitas Kandidat : Siapa Layak Jadi Lawan Atau Pasangan Jokowi ? di Jakarta, Senin (16/4). Hasil survei menunjukan Jokowi sebagai petahana memimpin dengan 36,2 persen sedangkan Prabowo menjadi penantang terkuatnya dengan meraih 20,4 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Media Survei Nasional (Median) melakukan simulasi tiga pasang calon presiden (capres) dan calon wakil presiden

(cawapres) dalam survei terakhir yang dilakukan per 24 Maret hingga 6 April 2018. Dalam simulasi tersebut, capres Jokowi akan sangat diuntungkan apabila terjadi tiga pasang capres, tetapi justru akan sangat dirugikan bila hanya dua pasangan capres.

Direktur Riset lembaga survei Median Sudarto mengungkapkan, dari hasil survei Median terakhir, masyarakat masih fokus pada siapa capres yang akan muncul. Ini berbeda untuk cawapres. Median menyurvei 45 nama tokoh nasional. Dari survei itu, Jokowi menempati peringkat teratas di angka 36,2 persen. Disusul Prabowo 20,4 persen, Gatot Nurmantyo 7,0 persen, JK 4,3 persen, dan Anies Baswedan di angka 2,0 persen.

Dari nama-nama tersebut, sebut Sudarto, Median membuat simulasi tiga pasang capres yang kemudian ditanyakan kepada masyarakat. Dari tiga sampel pasangan tertinggi, Jokowi-Muhaimin menduduki elektabilitas tertinggi dengan 41,3 persen. Sementara itu, di pasangan capres lain Prabowo-Anies Baswedan dengan elektabilitas tertinggi di angka 33,9 dan pasangan capres ketiga AHY-Gatot Nurmantyo di angka 7,5 persen.

Nama Muhaimin muncul sebagai cawapres terkuat Jokowi. Sebab, di antara nama lain, dia mengungkapkan, elektabilitasnya rendah atau terdapat penolakan bila berduet dengan Jokowi. Seperti nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Gatot Numantyo, Anies Matta, atau Tuan Guru Bajang (TGB) yang memiliki resistensi dari para pendukungnya bila berpasangan dengan Jokowi.

"Pendukung Prabowo, Anies Baswedan, Gatot, dan TGB akan tetap menolak memilih Jokowi bila nama-nama mereka dipasangkan sebagai cawapres Jokowi," kata Sudarto menjelaskan.

Di sisi lain, ungkap dia, simulasi tiga pasangan calon justru akan menguntungkan capres pejawat Jokowi. Hal ini karena potensi pihak-pihak yang merapat ke Jokowi akan sangat besar. "Simulasi tiga pasang calon sangat menguntungkan Jokowi. Ini berbeda kalau Jokowi head to head dengan Prabowo," ujar Sudarto.

Selain itu, kata dia, dari pasangan cawapres Cak Imin, para pendukung Cak Imin akan mendukung 100 persen bila Cak Imin berpasangan dengan Jokowi. Namun, ia mengingatkan, walaupun Jokowi secara angka survei saat ini masih tinggi, bukan berarti Jokowi tanpa rintangan.

Sudarto memaparkan, dari seluruh responden yang ingin presiden baru, jumlahnya jauh lebih besar, sebanyak 46,37 persen. Sementara itu, hanya 45,22 persen responden yang ingin Jokowi memimpin kembali dua periode. Sisanya, 8,41 responden, memilih tidak menjawab. Dari tingginya angka responden yang ingin ganti presiden pada 2019, menurut dia, faktor yang paling dirasakan adalah ketidakstabilan ekonomi.

"Kondisi ekonomi makin sulit, harga listrik dan BBM naik, termasuk harga pangan mahal. Ini masih menjadi alasan masyarakat ingin ada pergantian. Walaupun ada tambahan nilai di infrastruktur, tapi belum terlalu dirasakan masyarakat," ungkapnya.

Survei Median yang dilakukan sepanjang 24 Maret hingga 6 April 2018 ini mengambil sampel 1.200 responden, dengan margin eror +/- 95 persen. Metode yang dilakukan dengan cara teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Sampel yang menjadi responden merupakan seluruh warga Indonesia yang memiliki hak pilih pada 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement