REPUBLIKA.CO.ID, DOUMA -- Rusia mengatakan tim penyidik dari Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) akan diberikan akses ke Kota Douma pada Rabu (18/4) besok untuk menyelidiki serangan senjata kimia. Tim telah tiba di Damaskus pada Sabtu (14/4), tetapi mereka tidak dapat mengunjungi Douma karena masalah keamanan.
Direktur Jenderal OPCW Ahmet Uzumcu mengatakan, pihak berwenang Suriah telah menawarkan kesempatan kepada tim tersebut untuk mewawancarai 22 orang yang mereka katakan berada di lokasi serangan. Orang-orang itu disebut bisa dibawa ke Damaskus.
Jika tim penyidik OPCW dapat memasuki Douma pada Rabu (18/4), maka mereka datang di hari ke-11 setelah serangan. Mereka akan mengumpulkan tanah dan sampel lain untuk membantu mengidentifikasi bahan kimia yang mungkin telah digunakan.
Duta Besar AS untuk OPCW Kenneth Ward mengatakan ada kekhawatiran pasukan Rusia telah merusak lokasi serangan senjata kimia itu setelah para pemberontak terakhir dievakuasi pekan lalu. "Ini adalah pemahaman kami, Rusia mungkin telah mengunjungi lokasi penyerangan," kata Ward dalam pertemuan OPCW di Den Haag pada Senin (16/4).
"Ini adalah kekhawatiran kami, mereka mungkin telah merusaknya dengan maksud menggagalkan upaya Misi Pencari Fakta OPCW untuk melakukan penyelidikan yang efektif," ujarnya.
Pada Selasa (17/4), Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan sangat mungkin bukti dan elemen penting menghilang dari lokasi serangan. Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membantah tuduhan itu. "Saya dapat menjamin Rusia tidak merusak lokasi itu," katanya kepada BBC.
Aktivis oposisi, organisasi medis, dan pekerja kemanusiaan mengatakan lebih dari 40 orang tewas ketika pesawat menjatuhkan bom barel yang diisi dengan bahan kimia beracun ke kota itu. AS, Inggris, dan Prancis mengatakan mereka yakin bahan yang digunakan adalah klorin dan jenis racun agen saraf lainnya.
Pada Sabtu (14/4), ketiga negara itu telah melakukan serangan rudal terhadap tiga sasaran yang diklaim terkait dengan program senjata kimia Pemerintah Suriah.
Pemerintah Suriah telah menyangkal penggunaan senjata kimia. Namun, para ahli dari PBB dan OPCW telah menyebutkan ada empat serangan kimia yang dilakukan pemerintah selama perang sipil terjadi, termasuk serangan terhadap Kota Khan Sheikhoun yang dikuasai pemberontak pada April 2017 yang melibatkan agen saraf jenis Sarin.
Baca juga: Rusia Sebut Serangan Rudal AS Sasar Militer Suriah