REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lukman Azis*
Bendera Merah Putih berkibar megah di Tanah Syam. Kibarannya seperti mengikuti irama lagu Indonesia Raya yang terdengar bergemuruh, meski hanya keluar dari pengeras suara kecil di pinggir panggung. Rabu (18/4), lebih dari 600 orang warga Gaza, yang berada di gudang beras Indonesia Humanitarian Center (IHC) itu, bangun dari duduknya dan berdiri khidmat mendengarkan.
Tiga anak Pramuka Palestina tegak memberi hormat, usai mengerek Merah Putih. Ini pemandangan tak biasa. Benderanya dan lagunya berasal dari bangsa lain, tapi mereka seperti menghormati bendera negaranya sendiri.
Penuh takzim, mereka menghayati betul suasananya. Ini terlihat dari raut-raut mereka yang berdiri di bawah maupun di atas panggung. Tersirat rasa syukur dan rindu berjumpa saudara-saudaranya yang berada jauh dan tak pernah mereka temui sebelumnya. Ribuan kilometer jarak terasa dekat, semua perbedaan yang ada menguap seketika. Sekali lagi, persaudaraan antara Indonesia dan Palestina tertancap kuat dan tanpa sekat.
Tepat pukul 13.30 waktu Gaza, masyarakat Gaza menyaksikan bukti kekuatan tekad dan ukhuwah. Mereka menyaksikan sesuatu yang sebelumnya disangsikan banyak orang. Mana bisa ACT kirim beras ke Gaza? Tidak mungkin.Memangnya gampang?
Pertanyaan-pertanyaan dan sindirian seperti itu banyak ACT dapatkan dari banyak pihak di Indonesia maupun dari negara lain. Begitu juga mitra ACT di Gaza selama proses pengurusan Kapal Kemanusiaan Palestina ini berjalan.
Begitu mereka mendengar bukti cinta itu tiba di Gaza, orang-orang itupun terdiam dan ikut tergugah hingga tersadar bahwa tak ada yang tak mungkin. Jika Allah berkehendak memeluk mimpi-mimpi mereka yang benar-benar diperjuangkan, maka sekejap pun terjadi. Bayangan paling pahit tentang prosesnya, sama sekali tak terjadi.
“Hari ini adalah hari bersejarah. Hari ini secara resmi beras dari Rakyat Indonesia diterima oleh masyarakat Gaza Palestina untuk pertama kalinya,” kata Muhammad Najjar, mitra ACT di Gaza, yang sangat antusias menyambut dan berkomitmen pada proyek beras Palestina ini di Gaza.
“Sebelumnya, semua orang pesimis dan tak percaya bahwa kita akan berhasil membawa masuk 2.000 ton beras ke Gaza. Segudang pertanyaan bernada meragukan juga berdatangan di sini. Ada juga yang menyayangkan, mengapa beras itu tidak diupayakan saja dari dalam sini (Gaza),” imbuh Najjar.
Sepanjang itu pula ia coba menjelaskan mengapa proyek ini menjadi sangat penting tidak hanya untuk Indonesia dan Palestina, namun juga untuk dunia. Ia paparkan kepada siapa saja yang bersedia mendengar, bahwa substansi dari proyek kemanusiaan ini bukan dari jumlah berasnya tapi justru pesan yang dibawa bersama datangnya beras hingga ke Tanah Syam.
Beras ini, katanya, adalah simbol kuat pesan kemanusiaan. Beras ini adalah pesan tulus untuk masyarakat Gaza dari Indonesia. Beras ini adalah pesan dari masyarakat miskin untuk saudara-saudaranya yang juga miskin di belahan dunia yang lain.
“Kapal Kemanusiaan Palestina yang membawa beras Indonesia ini membawa pesan kepada dunia bahwa siapapun bisa berbuat sesuatu untuk siapapun. Indonesia membuktikan itu. Kapal ini adalah Pesan Cinta dari sesama manusia,” tegas Najjar.
Sejak tuntas pengirimannya hingga masuk ke gudang IHC di Gaza, acara seremoni serah terima dan distribusi beras segera dirancang. Rabu (18/4), seremoni serah terima beras ini berjalan lancar dan sangat baik.
Panggung dan kursi disiapkan dan dijejer sempurna. Bunga-bunga menghiasi lokasi acara dan jalan masuk. Sementara hadiah-hadiah yang terbungkus rapi sudah siap menunggu anak-anak Gaza yang akan hadir di seremoni. Makan siang yang sedap sudah tersaji.
Para undangan mulai berdatangan sejak 13.30 waktu Gaza. Saat semua tamu VIP sudah hadir, acara pun dimulai dengan lantunan indah kalamullah. Hadir dalam seremoni ini para umara di Gaza seperti Rektor Universitas Al-Aqsa dan mantan Menteri Kesehatan Palestina Dr. Kamal Ishrafy, Direktur Departemen NGO dari Kementerian Sosial Mr. Mohammed Alnaffar, Aktivis dan Tokoh Masyarakat dari Khanyounis Dr. Adnan Alrantisi serta Wakil Rektor Universitas Al-Aqsa Dr. Faiak Alnaook.
Sementara perwakilan ulama Gaza hadir pula Syekkh Khader Alshonat (Manajer Dar Quran), Syekh Khamees Mohra (anggota Komite Reformasi Gaza), Syekh Mohammed Alnooq, Syekh Ismael Albatsh, Shaik Mohammed Abu Elhosna dan Syekh Saed Alqanoo. Selain itu, hadir juga perwakilan dari NGO-NGO lokal Gaza serta keluarga yatim.
Secara umum, para undangan mengekspresikan perasaan bangganya. Mereka berterima kasih tak terhingga kepada masyarakat Indonesia serta kepada panitia yang ada di Gaza, sehingga beras Indonesia ini dapat sampai ke tanah Syam.
Selain beberapa pengantar yang disampaikan oleh para undangan, ada juga hiburan yang ditampilkan oleh dua anak perempuan yang membacakan puisinya dengan penuh penghayatan. Serah terima beras dari Indonesia untuk warga Gaza secara simbolik berlangsung anak-anak dari keluarga para syuhada. Keriaan di sore hari itu pun ditutup dengan makan bersama.
*General Manager Media Network Development ACT