REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Karang Taruna Kota Surabaya menyikapi maraknya penyalahgunaan minuman beralkohol yang dioplos di kota itu. Miniman tersebut mengakibatkan tewasnya tiga orang warga Tambaksari.
"Kami mendesak pemerintah kota dan seluruh pihak melakukan upaya preventif bahaya minuman keras dengan melakukan sosialisasi ke RT, RW, dan sekolah dengan melibatkan organisasi sosial," kata Ketua Karang Taruna Surabaya M Arifan, Ahad (22/4).
Menurut Arifan, banyaknya korban meninggal akibat minuman keras menunjukkan Surabaya sudah masuk darurat minuman keras. Untuk itu, lanjut dia, semua pihak harus bersama-sama melakukan tindakan nyata dengan melarang beredarnya minuman keras secara bebas di Surabaya. "Aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian agar menghukum pengedar dan pengoplos minuman keras dengan hukuman seberat beratnya," katanya.
Selain itu, lanjut Arifan, wali kota dan DPRD Surabaya hendaknya mengambil langkah-langkah regulasi politik dengan membuka kembali Perda Pelarangan Minuman Beralkohol yang hampir tiga tahun ini tidak jelas keberadaannya. "Kepada masyarakat Surabaya, ayo bersama Karang Taruna dan ormas lainnya untuk menghentikan peredaran minuman keras oplosan," ujar dia memberikan ajakan.
Sedikitnya tiga warga Pacar Keling IV, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya diketahui tewas setelah diduga meminum minuman keras yang dioplos pada Sabtu (21/4) malam. Kejadian tersebut bermula pada saat ketiga korban meminum minuman keras yang dioplos secara berturut-turut yakni mulai Jumat (20/4) sore, Sabtu (21/4) pagi, sore, dan malam.
Pada Sabtu (21/4) malam, mereka pulang dalam kondisi tidak sadar. Satu orang pulang ke rumah dan meninggal pada Ahad dini hari pukul 03.00 dan dimakamkan pukul 12.00 siang ini. Sedangkan dua korban lainnya, meninggal pada Ahad siang ini pukul 12.00 dan dimakamkan pada Ahad sore ini.