Sabtu 28 Apr 2018 13:59 WIB

Khanduri Laot Kumpulkan Panglima se-Aceh di Sabang

Kendhuri Laot merupakan tradisi yang telah ratusan tahun hadir di Aceh.

Rep: Angga Indrawan/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu rangkaian dari Festival Khanduri Laot di Sabang, Aceh, Sabtu (28/4).
Foto: Republika/Angga Indrawan
Salah satu rangkaian dari Festival Khanduri Laot di Sabang, Aceh, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SABANG -- Festival Khanduri Laut memeriahkan Kota Sabang, Banda Aceh, Sabtu (28/4). Para Panglima Laot, se-Aceh Raya berkumpul dalam tradisi yang telah berumur ratusan tahun ini. Wali Kota Sabang, Nazaruddin mengatakan, festival Kendhuri Laot merupakan tradisi yang telah ratusan tahun hadir di Aceh.

Khanduri Laot merupakan ritual ucap syukur kepada Allah SWT, sekaligus pengingat pesan leluhur, memelihara pengetahuan dan praktik lokal penjaga

keharmonian antara alam dengan aktivitas manusia. "Kemajuan zaman dan teknologi memang tidak ayal menurunkan perhatian kita terhadap tradisi-tradisi nenek moyang," ujarnya.

Sepanjang gelaran festival, juga disajikan berbagai kuliner Aceh, khususnya Sabang dengan tujuan mengangkat kembali jenis-jenis makanan tradisional Sabang. Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi di Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan, Nono Adya mengatakan, pada dasarnya kegiatan yang didukung penuh Kemendikbud ini bertujuan memelihara warisan budaya bangsa, khususnya yang berkaitan dengan tradisi masyarakat pesisir

"Ini sesuatu yang penting dan perlu terus didukung dan perhatikan," kata Nono.

Staf Ahli Gubernur Aceh, Abdullah Karim mengatakan, semasa orde baru, peran lembaga adat kurang perhatian. Namun dengan lahirnya UU no 11 2006, posisi lembaga adat menjadi tempat lembaga adat memainkan perannya, terutama para panglima laot.  "Panglima Laot merupakan pemimpin dalam persekutuan rakyat dalam pengelolaan laut," ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Sabang, Muhammad Ali Taufik mengatakan, Sabang dipilih sebagai lokasi kegiatan ini karena merupakan daerah terluar dan terdepan di wilayah ujung barat Indonesia.

"Di Sabang pula, hampir sebagian besar masyarakat tinggal di permukiman pesisir," kata Ali Taufik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement