Rabu 02 May 2018 04:35 WIB

Bus tak Dikenal dan Insiden Maut Sembako Monas

Warga diiming-imingi sembako gratis.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah warga berdesakan untuk mengambil sembako gratis saat acara Untukmu Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (28/4).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Sejumlah warga berdesakan untuk mengambil sembako gratis saat acara Untukmu Indonesia di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak ada yang berfirasat, Sabtu (28/4) akan menjadi hari terakhir bagi dua anak Pademangan Barat, Jakarta Utara, melihat puncak emas Monumen Nasional (Monas). Mereka adalah Mahesa Junaedi (12) dan Muhammad Rizki (10) yang ditengarai menjadi korban tewas dalam pembagian sembako di acara "Untukmu Indonesia".

Sabtu pagi itu, sekitar pukul 10.00 WIB, Mahesa menaiki sebuah bus yang rupanya masih tersisa ruang kosong untuknya. Ia ikut menukar kupon tanpa sepengetahuan kedua orang tua.

"Jadi, pagi harinya itu, ada bus yang disediain entah dari siapa itu, nah ada kursi kosong. Namanya anak-anak, pegang kupon, ada mobil kosong, diajak teman-temannya pasti senang-senang saja ikut," papar Ketua RW 11 Pademangan Barat, Andi Pane, saat ditemui Republika.co.id di rumah Mahesa, Selasa (1/5).

Wilayahnya mendadak viral dan ramai dikunjungi awak media. Seluruh RT yang berkumpul secara kompak bahu-membahu membantu. Ada ketua RT 02, 08, 10, 11, dan 12 yang secara kompak menyebutkan warganya sudah mendapatkan kupon, tetapi tidak mendapatkan apa-apa setelah sampai di sana.

"Warga saya ada sekitar 100 orang yang dapat kupon. Tapi pas ke sana, tidak ada yang dapat sama sekali. Banyak yang pingsan juga di sana katanya dan tidak ada medis," ujar Ketua RT 12/11 Pademangan Barat, Roy.

 

Imbauan dari pimpinan wilayah itu lantas diacuhkan oleh seluruh warga yang telah memegang kupon. Iming-iming sembako gratis, makan gratis, dan hadiah doorprize, telah menutup kedua telinga mereka rapat-rapat. Alhasil, mereka jalan menggunakan bus yang telah disediakan oleh orang tak dikenal.

Sesampainya di Monas, rasa kegembiraan bocah-bocah menghilangkan rasa takut akan desak-desakan. Langsung saja mereka mengantre. Dorong-dorongan pun terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Anak-anak juga ikut menjadi korban dorong-dorongan itu.

Di tengah aksi dorong-dorongan, Mahesa ditengarai lunglai dan hampir pingsan bersama yang lain.  Mereka menahan terik panas matahari yang pada pukul 12.00 WIB tepat berada di atas kepala, serta menahan lapar dari pagi, ditambah lagi harus menahan dorong-dorongan.

Kondisinya sesak napas menggerakkan hati Satpol PP yang menjaga di sekitar lokasi untuk membawa Mahesa ke RS Tarakan. Dengan mobil ambulans yang telah disediakan, Mahesa dilarikan ke RS. Namun, dalam hitungan menit setibanya di RS, nyawa Mahesa tak dapat tertolong.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement