REPUBLIKA.CO.ID, Pada 10 Mei 1994, Nelson Rolihlahla Mandela dilantik sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Dalam pidato pelantikannya, Mandela yang menghabiskan waktu 27 tahun sebagai tahanan politik, mengatakan "waktu untuk penyembuhan luka telah datang."
Dua minggu sebelumnya, lebih dari 22 juta penduduk Afrika Selatan mengikuti pemungutan suara dalam pemilihan parlemen multiras pertama di negara itu. Mayoritas memilih Mandela dan partai African National Congress (ANC) untuk memimpin negara.
Dilansir di History, Mandela yang lahir pada 1918, adalah putra kepala suku Tembu yang berbicara bahasa Xhosa. Alih-alih menggantikan ayahnya sebagai kepala suku, Mandela justru bersekolah ke universitas dan menjadi pengacara.
Pada 1944, ia bergabung dengan ANC, sebuah organisasi politik kulit hitam yang didedikasikan untuk memperjuangkan hak mayoritas kulit hitam di Afrika Selatan yang diperintah kulit putih. Pada 1948, Partai Nasional yang rasis mulai berkuasa, dan sistem apartheid (sistem supremasi kulit putih dan segregasi rasial Afrika Selatan) menjadi kebijakan resmi pemerintah.
Dengan hilangnya hak-hak warga kulit hitam di bawah sistem apartheid, pendaftaran warga kulit hitam di ANC tumbuh dengan pesat. Mandela kemudian menjadi salah satu pemimpin ANC dan pada 1952 ia diangkat sebagai wakil presiden nasional ANC.
Ia mengorganisir aksi mogok tanpa kekerasan, boikot, pawai, dan tindakan pembangkangan sipil lainnya. Setelah pembantaian para demonstran kulit hitam di Sharpeville pada 1960, Nelson membantu mengorganisir cabang paramiliter ANC untuk terlibat dalam tindakan sabotase terhadap pemerintah minoritas kulit putih.
Mandela diadili dan dibebaskan dari tuduhan pengkhianatan pada 1961. Tetapi pada 1962 ia ditangkap lagi karena secara ilegal telah meninggalkan negara itu dan dijatuhi hukuman lima tahun kurungan di Penjara Pulau Robben.
Dia diadili lagi pada 1963 dengan tujuh warga kulit hitam lainnya atas tuduhan sabotase, pengkhianatan, dan konspirasi. Dalam Peradilan Rivonia, Mandela dengan fasih membela tindakannya. Pada 12 Juni 1964, dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Mandela menghabiskan waktu 18 tahun pertamanya dari total 27 tahun di dalam Penjara Pulau Robben yang mengerikan. Dia dikurung di sel kecil tanpa tempat tidur dan dipaksa melakukan kerja paksa di pertambangan.
Namun ia masih bisa menulis dan menerima surat setiap enam bulan sekali. Setahun sekali dia diizinkan bertemu dengan seorang pengunjung selama 30 menit.
Meski ditahan, kepemimpinan Mandela tetap tidak terputus. Ia masih menjadi pemimpin simbolis dari gerakan anti-apartheid. Ia juga memimpin gerakan pembangkangan sipil di penjara yang memaksa pejabat Afrika Selatan untuk memperbaiki kondisi Pulau Robben secara drastis.
Pada 1982 ia dipindahkan ke Penjara Pollsmoor di daratan utama. Kemudian pada 1988 ia dipindahkan ke sebuah pondok dan dijadikan tahanan rumah.
Pada 1989, FW de Klerk menjadi presiden Afrika Selatan dan mulai membongkar sistem apartheid. De Klerk juga mencabut larangan terhadap ANC dan menunda eksekusi.
Pada 11 Februari 1990, ia memerintahkan pembebasan Nelson Mandela. Mandela kemudian memimpin ANC dalam negosiasinya dengan pemerintah minoritas untuk mengakhiri apartheid dan pembentukan pemerintah multiras.
Pada 1993, Mandela dan de Klerk secara bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian. Pada 26 April 1994, pemilihan bebas pertama negara itu dimenangkan oleh Mandela dan ANC. Koalisi "persatuan nasional" kemudian dibentuk bersama dengan Partai Nasional de Klerk dan Partai Kebebasan Inkatha Zulus.
Sebagai presiden, Mandela membentuk Truth and Reconciliation Commission untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di bawah sistem apartheid. Ia juga memperkenalkan berbagai inisiatif yang dirancang untuk meningkatkan standar hidup penduduk kulit hitam Afrika Selatan.
Pada 1996, ia memimpin pemberlakuan konstitusi baru di Afrika Selatan. Mandela pensiun dari dunia politik pada Juni 1999 di usia 80 tahun. Dia digantikan sebagai presiden oleh Thabo Mbeki dari ANC, tetapi tetap menjadi pendukung global untuk perdamaian dan keadilan sosial sampai kematiannya pada Desember 2013.