Senin 14 May 2018 19:15 WIB

Bulog akan Tingkatkan Penyerapan Gabah

Bulog sudah bersinergi dengan Kementan mengalokasikan 1.000 pengering.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pekerja menumpuk karung berisi beras di Gudang Bulog (ilustrasi)
Foto: Asep Fathulrahman/Anbtara
Sejumlah pekerja menumpuk karung berisi beras di Gudang Bulog (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog tahun ini berencana meningkatkan penyerapan gabah bukan lagi beras. Sebab, gabah memiliki jangka waktu penyimpanan yang lebih panjang. "Terutama cadangan beras pemerintah itu harus kita simpan dalam jangka waktu lama, kita simpannya gabah, maka pas sesuai program pemerintah serap gabah dengan kualitas yang sesuai standar," ujar Direktur Utama Bulog Budi Waseso, Senin (14/5).

Bulog sudah bersinergi dengan Menterian Pertanian mengalokasikan 1.000 pengering (dryer). Dengan adanya bantuan pengering, maka gabah yang diserap Bulog dijamin tidak berkadar air tinggi. Gudang-gudang milik Bulog telah mumpuni untuk menampung gabah para petani.

"Ini sedang kita evaluasi. Karena kalau gabah begitu kita giling maka dia kondisinya fresh jadi enggak ada lagi beras didistribusikan umurnya sudah berbulan-bulan, jadi tidak ada lagi beras kutu, beras bau," ujarnya.

Direktur Pengadaan Bulog Andrianto Wahyu Adi mengatakan, komposisi gabah saat ini baru sekitar 10 persen dari pengadaan. Ia merencanakan pengadaan gabah akan meningkat pada tahun ini. Tetapi tetap melakukan pengadaan beras karena adanya masalah ketersediaan fasilitas. "Tahun ini kami akan tingkatkan gabah kami 25 persen, sudah bagus," ujar dia.

Sedangkan masalah fasilitas yakni karena Bulog hanya memiliki 103 unit pengering di seluruh Indonesia dengan kapasitas 30 ton per unit. Meski akan ada bantuan 1.000 pengering dari Kementerian Pertanian berkapasitas 30 ton, itu baru 30 ribu ton.  "Jadikalau kami ingin pengadaan beras menjaga CBP 1 sampai 1,5 juta ton, itu gabah harusnya belinya tiga juta ton," katanya.

Kapasitas gudang Bulog sebesar 3,9 juta ton akan mencukupi. Namun tidak dengan jumlah pengering yang ada. Sebelum adanya pengeringan, Bulog harus secara taktis karena petani tersebar di seluruh Indonesia.

Sementara itu, petugas pembelian yang mampu melakukan pembelian gabah masih terbatas sehingga perlu dilakukan penambahan petugas pengadaan dengan menggunakan tenaga yang direkrut secara swadaya. Dalam pembelian, tentunya Bulog tidak mudah memberikan uang muka atau ijon.

Bulog pun memilih untuk bekerjasama dengan beberapa Gabungan Kelompok Tanin (Gapoktan) yang nantinya akan mendapatkan pembiayaan dengan bank. Hal itu nati akan dibayarkan oleh pembelian Bulog.

"Gapoktan inilah yang akan mendapatkan dryer antara lain dari Kementan. Gabah tersebut bisa masuk ke dryer baru disimpan," ujar dia.

Stok Bulog per Ahad (13/5) sebesar 1.262.782 ton. Angka tersebut terdiri atas 453.787 ton beras impor. Sementara sisanya dari lokal dan 106.786 ton beras komersial.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement