REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umun Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Syifa Fauzia mengatakan majelis taklim di bawah naungan BKMT akan waspada terhadap paham radikalisme. Selama ini, pelaku teroris merupakan orang yang terpapar paham radikalisme dan telah dicuci otaknya dengan ajaran yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Hal ini disampaikan Syifa usai adanya aksi bom bunuh diri di Surabaya. Dia pun menyesalkan aksi terorisme yang menelan banyak korban jiwa tersebut. Namun, Syifa lebih terkejut lagi saat mengetahui salah satu pelakunya ternyata seorang ibu yang membawa anaknya.
"Ini saya juga sangat kaget sekali karena bisa ada ibu-ibu dan bahkan bisa membawa anaknya sendiri. Jadi saya rasa ini yang harus ditanggulangi bersama. Kita di BKMT tentunya ini jadi suatu kewaspadaan," ujar Syifa saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (15/5).
Menurut Syifa, untuk mewaspadai paham radikal itu, ustazah-ustazah di majelis taklim akan memberikan materi tambahan terkait radikalisme atau bahaya terorisme. "Ini supaya pengajaran kepada masyarakat atau Muslimah ini jauh dari radikalisasi apalagi sampai hal-hal yang berbau kekerasan seperti yang kita lihat sekarang (di Surabaya)," ucap putri almarhumah Tutty Alawiyah ini.
Syifa menyayangkan terjadinya aksi bom bunuh diri di tiga gereja yang berada di Surabaya itu. Dia sangat menyesalkan salah satu pelakunya adalah perempuan. Namun, dia yakin perempuan itu hanyalah korban dari aktor yang ingin Indonesia tidak damai.
Baca juga:
Wanita Al Irsyad Minta Perempuan Cerdas Pahami Agama
Majelis Dakwah: Terorisme dan Radikalisme Agama Bukan Fiksi
"Saya yakin kita semua paham ibu ini pasti adalah korban cuci otak atau korban doktrin yang sangat jauh dari apa yang Islam ajarkan. Saya sebagai ketua BKMT sangat menyesalkan kejadian ini di Surabaya," kata Syifa.
Dia pun mengimbau kepada masyarakat tetap berhati-hati banyaknya doktrin-doktrin agama yang saat ini banyak tidak sejalan dengan Alquran dan As-Sunnah. Menurut dia, pemahaman keagamaan yang ada jangan diterima begitu saja, tapi harus disaring dengan ilmu pengetahuan.
Dia menambahkan, BKMT sendiri selama ini telah berupaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu majelis di berbagai daerah, sehingga tidak mudah diperdaya oleh seseorang. Menurut dia, dalam suatu pengajian jamaah paling tidak harus mengetahui tentang latar belakang ustaz atau ustazahnya.
"Dengan begitu insya Allah mudah-mudahan tidak akan mudah dimasuki oleh doktrin-doktrin radikal yang juga bertentangan dengan ajaran Islam," katanya.