REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel melancarkan serangan udara ke situs-situs gerilyawan yang berada di Gaza pada Kamis (17/5) dini hari waktu setempat. Tak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
Militer Israel mengatakan bahwa pesawat-pesawat tempurnya telah membombardir sebuah kompleks militer dan fasilitas produksi senjata di Jalur Gaza utara. Militer Israel mengklaim serangan tersebut merupakan serangan balasan setelah pihaknya diserang dari Jalur Gaza pada Rabu (16/5) malam.
(Baca: Erdogan Minta Jokowi Bersikap Soal Gaza)
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan serangan udara yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza utara tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Namun seorang pria terluka ringan akibat terkena pecahan peluru.
Situasi di Jalur Gaza memang kembali memanas sejak Senin (14/5) lalu. Ribuan warga Palestina di sana menggelar demonstrasi dalam rangka menentang pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di Yerusalem.
Namun aksi tersebut berakhir ricuh ketika pasukan keamanan Israel berupaya membubarkan demonstran dengan menembakkan peluru tajam dan gas air mata. Lebih dari 100 warga Palestina telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka sejak pecahnya penyerangan pada Senin lalu.
Pemimpin Hamas Yahya al-Senwar telah mengancam akan menyerang Israel sehubungan dengan kekerasan terbaru dan blokade terhadap Jalur Gaza. "Kami baru-baru ini mengirim pesan yang jelas (ke Israel) bahwa kami tidak akan ragu untuk menggunakan kekuatan militer jika blokade (sejak 2007) di Gaza berlanjut," kata al-Senwar ketika diwawancara Aljazirah TV pada Rabu (16/5) malam.
Al-Senwar mengatakan aksi demonstrasi damai ribuan warga Palestina di wilayah itu sejak akhir Maret lalu telah mencapai banyak tujuan. "Terutama menempatkan kasus embargo (Gaza) sebagai diskusi di badan-badan dan negara-negara internasional," ujarnya.
Walaupun ia menyadari aksi tersebut harus dibayar mahal oleh tewasnya puluhan warga Palestina akibat diserang pasukan Israel. Kendati demikian, al-Senwar mengatakan aksi demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel masih akan dilanjutkan.
"Hamas dan faksi-faksi perlawanan Palestina di Jalur Gaza berupaya menjaga aksi damai, dan jika keadaan membutuhkan opsi militer, itu akan terjadi nanti," ujar al-Senwar menegaskan.