REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Mike Pence mengancam Korea Utara (Korut). Bahwa Korut bisa berakhir seperti Libya juga gagal membuat kesepakatan nuklir dengan AS.
"Ada beberapa pembicaraan tentang model Libya pekan lalu, dan anda tahu, seperti yang dijelaskan oleh Presiden, ini hanya akan berakhir seperti model Libya berakhir jika Kim Jong-un tidak membuat kesepakatan," kata Pence dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di Fox News, Senin (21/5) malam.
Ketika ditekankan bahwa perbandingan tersebut bisa ditafsirkan sebagai ancaman, Pence menjawab: "Yah, saya pikir itu lebih dari fakta".
Penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump, John Bolton mengatakan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk menerapkan model Libya sebagai sebuah contoh tentang bagaimana melakukan perjanjian nuklir potensial dengan Korut. Komentar tersebut dipenuhi dengan kekhawatiran dari rezim Kim.
Seorang pejabat Korut mengatakan komentar Bolton adalah indikasi dari "langkah yang sangat jahat" untuk membahayakan rezim Kim. Pemimpin Libya Moammar Gadhafi setuju untuk meninggalkan ambisi nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi pada awal 2000-an.
Dalam beberapa tahun, Gadhafi digulingkan dan dibunuh oleh pemberontak yang didukung oleh Washington. Perbandingan yang disampaikan Bolton ini awalnya diredam oleh Gedung Putih.
Sekretaris pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan pekan lalu bahwa tidak ada model cookie cutter tentang bagaimana ini akan bekerja. "Ini adalah model Presiden Trump. Dia akan menjalankan ini sesuai keinginannya. Kami 100 persen percaya diri, seperti yang kami katakan berkali-kali sebelumnya, karena saya yakin Anda semua sadar, ia adalah negosiator terbaik dan kami sangat percaya diri untuk itu," katanya, dilaporkan CNN.
Pence mengatakan penegasan selama wawancara dengan Fox News. "Di bawah kepemimpinan Trump, AS tidak akan mentoleransi rezim Korut yang memiliki senjata nuklir dan rudal balistik yang mengancam AS dan sekutu kita," ujarnya.
Trump dijadwalkan untuk duduk bersama dengan Kim pada bulan Juni. Namun, dalam beberapa pekan terakhir Korut mengancam akan membatalkan pembicaraan jika AS menyudutkan Korut mengenai perlucutan senjata nuklir.
"Kenyataannya adalah kami mengharapkan solusi damai," kata Pence. "Presiden tetap terbuka untuk berlangsungnya KTT, dan akan terus mengejar jalan itu bahkan ketika kita berdiri kuat pada tujuan denuklirisasi dan kampanye tekanan ekstrim yang sedang berlangsung hari ini".