Selasa 22 May 2018 15:15 WIB

Stabilitas Keuangan Daerah di DIY Masih Terjaga

Kalangan perbankan semakin berhati-hati dalam penyaluran kredit.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Gedung Bank Indonesia DIY.
Foto: Yusuf Assidiq.
Gedung Bank Indonesia DIY.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Stabilitas keuangan daerah di DIY masih terjaga di tengah tekanan yang dialami oleh sistem keuangan. Kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi tidak sejalan dalam pertumbuhan ekonomi DIY. Indikator perbankan DIY cenderung mengalami perlambatan di beberapa aspek.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budi Hanoto, Senin (22/5) malam. Ia mengungkapkan penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga) pada Triwulan I 2018 sebesar 7,75 persen (yoy) lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 10,34 persen (yoy). Sementara itu pertumbuhan kredit turut mengalami perlambatan dari 12,05 persen pada Triwulan IV 2017 menjadi 10,15 persen pada Triwulan I 2018.

Sementara, kalangan perbankan semakin berhati-hati dalam penyaluran kredit karena kualitas kredit mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) perbankan yang meningkat menjadi 3,1 persen. Namun demikian rasio tersebut masih di bawah batas aman threshold sebesar 5 persen.

Lebih lanjut Budi mengungkapkan pertumbuhan ekonomi DIY pada Triwulan II 2018 diperkirakan meningkat. Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi DIY Triwulan II 2018 didorong oleh peningkatan konsumsi, baik itu konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, dan investasi.

Peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan kenaikan permintaan masyarakat serta high season kunjungan wisatawan saat momen Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, konsumsi pemerintah juga diperkirakan meningkat yang didorong oleh mulai meningkatnya realisasi anggaran belanja operasional pemerintah daerah, khususnya untuk penyaluran bansos dan dana desa pada Maret (40 persen) dan Juni (40 persen).

Investasi juga diperkirakan mengalami peningkatan seiring telah dimulainya pembangunan fisik bandara New Yogyakarta International Airport serta percepatan penyelesaian pembangunan JJLS.

Secara tahunan, papar dia, pertumbuhan ekonomi DIY 2018 diperkirakan meningkat dibandingkan pertumbuhan pada 2017, dengan prakiraan di kisaran 5,2-5,6 persen (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan diperkirakan terakselerasi oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor luar negeri. "Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh menguatnya daya beli konsumen, didukung oleh beberapa faktor," katanya.

Antara lain peningkatan UMK tahun 2018, pembayaran ganti untung lahan sejumlah proyek infrastruktur yang tertunda di  2017, peningkatan penyaluran bantuan sosial, persiapan pelaksanaan pemilu tahun 2019, serta frekuensi long weekend yang cukup banyak di 2018.

Selain itu, Budi menambahkan, pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dan perbaikan investasi sektor swasta akan mendorong kinerja investasi DIY pada 2018. Sementara, penguatan ekonomi global dan nasional diperkirakan mampu mendorong peningkatan kinerja ekspor-impor tahun 2018.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement