REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Letusan kembali terjadi dari Gunung Merapi pada Kamis (24/5) dini hari tadi. Yang berbeda, letusan kali ini sudah tidak dikategorikan letusan freatik dan terdapat pijaran yang terlihat turun bersama kepulan asap erupsi.
Ketua Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan, awan pijar menunjukkan adanya material dari dalam. Ia berpendapat, itu merupakan magma yang membuat ini jadi awal proses erupsi magmatis.
"Tapi menuju ya, menuju proses magmatis, karena proses magmatis sendiri nanti data-data yang lain masih akan bicara, tapi sampai saat ini deflasi masih sedikit, artinya masih proses pembersihan sebenarnya," kata Hanik, Kamis (24/5) pagi.
(Baca: Warga Sekitar Merapi Diimbau Tetap Gunakan Masker)
Ia menjelaskan, proses pembersihan itu memang memiliki dorongan dari dalam. Tapi, Hanik menekankan, jangan dibayangkan jika penjelasan menuju proses erupsi magmatis itu sama dengan yang terjadi pada 2010 yang besar.
Visual Gunung Merapi pada Kamis pagi setelah terjadi letusan dan erupsi pada Kamis (24/5) dini hari. (Wahyu Suryana / Republika)
Hanik mengingatkan, proses erupsi di Gunung Merapi yang terjadi pada 2006 dan 2002, sebenarnya sama yaitu proses menuju erupsi magmatis. Karenanya, proses yang terjadi sebenarnya merupakan pengosongan badan dari isian yang tersisa.
"Jadi, sekarang ini material yang ada di dalam sebenarnya sudah berkurang, artinya ada beberapa yang sudah kosong," ujar Hanik.
Lebih lanjut, atas data-data yang dikumpulkan dari erupsi Kamis dini hari, dapat disimpulkan jika sudah mulai ada deflasi dari Gunung Merapi. Akibatnya, nanti saat ada magma akan menjadi ke luar jalan magma.