REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DI Yogyakarta, Sandra Linthin, mengungkapkan makanan yang tercemar bahan-bahan berbahaya masih ditemukan di pasar tradisional. Dari pemantauan di Pasar Gentan, sejumlah produk terindikasi mengandung formalin dan rhodamin B.
"Ikan teri nasi dari Pasar Beringharjo mengandung formalin, sedangkan cucur dan kerupuk sermier ketela merah mengandung rhodamin B diperoleh dari Kulonprogo," kata Sandra yang ditemui usai memantau Pasar Gentan, beberapa waktu (7/6) lalu.
Sandra mengungkapkan makanan yang mengadung bahan-bahan berbahaya itu bukan berasal dari Pasar Gentan. Para pedagang mendapatkan produk itu dari pemasar luar daerah.
Terkait temuan tersebut, BBPOM dan petugas pasar menegaskan akan terus memantau pemasar yang membawa ikan teri dan melacak produsennya. Selanjutnya, produk yang ditemukan terindikasi menggunakan bahan berbahaya akan ditarik. Pedagangnya juga akan mendapatkan peringatan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, Tri Endah Yitnani mengakui, ada kenaikan harga gas elpiji sebagai akibat dari tingginya permintaan. Akan tetapi, ia menjamin stok gas elpiji akan aman sampai menjelang Lebaran.
Sementara, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, memantau ada beberapa sembako yang mengalami peningkatan harga. Beras naik 0,68 persen, cabai keriting 4,51 persen, dan daging ayam kampung naik 1,72 persen.
Kenaikan harga tersebut dianggap masih dalam batas wajar karena belum sampai 10 persen. Selain itu, harga sembako lainnya masih stabil, bahkan ada yang mengalami penurunan. Telur, contohnya, harganya turun sampai kisaran Rp 20 ribu.
"Harga gula, minyak goreng, tepung terigu, dan daging sapi tidak naik," kata Sri.
Sri berharap dengan adanya pemantauan yang dilakukan, harga sembako terkendali dan peredaran bahan-bahan berbahaya bisa terdeteksi. Menurut Sri, langkah itu bertujuan agar menjamin makanan-makanan yang dikonsumsi masyarakat aman.