REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua kejadian saling pukul terjadi antara oknum anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dalam waktu berdekatan. Baik TNI maupun Polri menyatakan akan melakukan tindakan hukum bagi personelnya yang terbukti melakukan tindakan kriminal tersebut.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto menyesalkan adanya kejadian yang diduga dilakukan oleh oknum yang seharusnya menjadi penjaga dan pelayan masyarakat Indonesia tersebut. Padahal, baik Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto maupun Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian akrab menggemborkan sinergitas keduanya.
"Iya itu oknum lah ya, oknum. Saya kira semua sudah menyadari bahwa Polri dan TNI harus kerja sama yang baik, tapi kalau memang ada oknumnya ya tanggung jawab mereka sendiri. Kita terapkan hukuman sesuai aturan yang berlaku," kata Setyo ditemui di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (11/6).
Dua prajurit Yonif Mekanik 203/AK Kodam Jaya, yakni Serda Darma Aji dan Serda Nikolas Kegomoi, mengalami pengeroyokan dan penusukan oleh anggota Brimob. Kejadian tersebut terjadi di sebuah tempat biliar Al Diablo di Jalan Raya Bogor KM 30, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (7/6) lalu. Darma Aji tewas pada Jumat (8/6). Tiga orang oknum polisi telah ditetapkan sebagai tersangka.
Dua hari kemudian, dua orang anggota polisi, Brigadir Dua Feri Saputra bersama Brigadir Dua Bimo Yudho Prasetyo, mengalami pengeroyokan diduga oleh oknum TNI di sekitar Mal Graha Cijantung, dekat Markas Kopassus, Sabtu (9/6) dini hari. Dua polisi itu baru saja mengikuti patroli Operasi Cipta Kondisi di wilayah Jakarta Selatan.
Setyo membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun, ia enggan mengungkap lebih terrinci terkait kasus kedua tersebut. "Nanti saya cek dulu riilnya, karena itu yang menangani siapa harus tahu," kata dia.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) Jaya Kolonel Inf Kristomei Sianturi menuturkan, pihaknya sudah melakukan penyelidikan untuk mencari tahu pelaku pemukulan di Cijantung tersebut. Menurut dia, TNI tak bisa terlalu terburu menyatakan bahwa pelaku adalah anggota TNI. "Takutnya ini kan dipolitisasi oleh orang-orang yang ingin memperkeruh suasana. Karena kan dianggap untuk balas dendam kemarin yang penusukan (kasus di Depok)," ujarnya, Senin (11/6).
Kristomei menyatakan, TNI tidak ingin soliditas dan sinergitas yang sudah dibangun dirusak oleh kejadian tersebut. Sehingga, TNI berkoordinasi dengan Polri sedang mencari tahu siapa pelaku pemukulan ini.
Ia pun memastikan, bila memang nanti terbukti bahwa pelaku adalah anggota TNI, TNI akan melaksanakan tindakan tegas. "Pasti itu kita hukum. Ini artinya kan sudah merusak oknum yang mencoba soliditas dan sinergitas yang sudah kita bangun," kata dia menegaskan.
"Jangan sampai ini dimanfaatkan oleh orang yang pengen memperkeruh suasana sehingga seolah-olah ada balas dendam dari TNI. Itu yang kita antisipasi," kata Krostomei menambahkan.