REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Hari Idul Fitri menjadi momen bagi pengungsi Rohingya di pengungsian Cox's Bazar, untuk memanjatkan doa terbaik mereka. Berbulan-bulan tinggal di tenda pengungsian, membuat etnis Rohingya sangat berharap bisa pulang kembali kampung halaman di Rakhine, Myanmar.
Pada Sabtu (16/6) pagi waktu setempat, masjid-masjid yang berada di kamp Ukhiya, Teknaf, dan kamp yang belum teregistrasi dipenuhi jamaah sholat Ied. Banyak dari jamaah berdoa agar bisa kembali pulang dengan tenang ke tanah airnya setelah serangkaian serangan dan duka cita yang mereka alami.
Sekretaris Jenderal Kamp Kutupalong Nur Mohammad mengatakan, kendati dibayangi pembantaian dan persekusi di Rakhine, para pengungsi Rohingya masih mencintai tanah airnya. "Kami ingin kembali ke rumah dengan damai. Inilah doa yang kami panjatkan. Di sini kehidupan kami terbatas di area yang kecil. Anak-anak tidak bisa pergi ke mana-mana untuk merayakan Idul Fitri," ujarnya dilansir dari Dhaka Tribune.
Pimpinan kamp Thaingkali Master Abdul Mannan mengungkap hal senada. "Orang tuaku sedang dalam bahaya di Rakhine. Apa yang harus aku rayakan? Kami ingin kembali ke Rakhine secepatnya," kata Mannan.
Ayub Ali Majhi dari kamp Balukhali mengisahkan saat-saat usai sholat Ied. "Setelah berdoa usai sholat Ied, tidak ada seorang pun di masjid yang bisa membendung air mata. Kami semua telah kehilangan orang yang dicintai di Rakhine, orang tua, saudara, dan anggota keluarga yang lain," tuturnya.
Menurutnya harus ada yang dilakukan segera untuk menangani pengungsi Rohingnya. Pasalnya, mereka sudah tinggal di kamp pengungsian selama 10 bulan. "Tidak ada agen internasional yang bisa mengambil langkah untuk memberikan kami repatriasi yang damai," keluh Majhi.