Senin 25 Jun 2018 07:31 WIB

Ledakan Keras Terdengar di Langit Saudi

Rudal Houthi diarahkan ke Kementerian Pertahanan Saudi.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)
Foto: EPA/Yahya Arhab
Gerilyawan Houthi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi kembali mencegat dua rudal yang diluncurkan Houthi ke ibu kota Arab Saudi, Riyadh. Serangan ini terjadi saat koalisi yang dipimpin Saudi bergerak untuk merebut kendali kota pelabuhan utama Yaman dari Houthi.  Ini merupakan serangan rudal Houthi keenam di Riyadh sejak Desember lalu.

Menurut saksi mata, setidaknya enam ledakan keras terdengar dan kilatan cahaya terlihat di langit ibu kota Saudi. Pecahan peluru juga terlihat di jalanan yang dipenuhi  kedutaan besar dan tempat tinggal orang asing.

"Pasukan Pertahanan Udara Kerajaan Saudi mencegat dan menghancurkan misil-misil. Beberapa puing rudal yang dicegat mendarat di daerah permukiman, untungnya tidak menimbulkan korban," kata juru bicara koalisi Turki al-Malki dalam sebuah pernyataan.

Peningkatan keamanan dan mobil pemadam kebakaran terlihat di daerah yang dihuni para diplomat setelah serangan. Televisi al-Masirah yang dikelola Houthi mengatakan, rudal-rudal Burkan ditembakkan ke Kementerian Pertahanan Saudi dan target lainnya.

Baca juga: Houthi Luncurkan Rudal ke Ibu Kota Saudi, Riyadh.

Ini adalah serangan pertama yang menargetkan Riyadh sejak koalisi pimpinan Saudi melancarkan operasi pada 12 Juni untuk merebut kota pelabuhan Hodeidah, Yaman. Perebutan kota pelabuhan bertujuan untuk melemahkan Houthi dengan memotong jalur suplai utama mereka.

Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, telah menembakkan serangkaian rudal ke  kerajaan dalam beberapa bulan terakhir. Ini bagian dari konflik tiga tahun yang secara luas dilihat sebagai pertempuran proksi antara Arab Saudi dan Iran.

"Makin lama agresi dan perang berlanjut, makin besar kemampuan rudal balistik kami," kata al-Mayadeen TV mengutip juru bicara Houthi, Mohammed Abdul-Salam.

Koalisi dukungan Barat ikut campur dalam perang Yaman pada 2015 untuk menggulingkan Houthi dan memulihkan pemerintahan yang diakui internasional.
Riyadh menuduh Houthi menggunakan pelabuhan itu untuk menyelundupkan senjata buatan Iran, termasuk rudal. Tuduhan ini dibantah oleh Houthi dan Teheran.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement