REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Roa Altaweli merasa tak percaya. Pada Ahad (24/6), ia menyetir sendiri mobilnya di jalanan Jeddah, Arab Saudi.
Laman BBC menyebutkan, wanita beprofesi bidan ini begitu bersemangat sampai-sampai ia sulit tidur pada malam sebelumnya. Keesokannya, ia pun terbangun lebih pagi dari biasanya. Semua itu gara-gara pencabutan larangan menyetir bagi wanita.
"Hari ini (Ahad--Red) saya menyetir ke tempat saya bekerja, dan untuk pertama kalinya saya tidak lagi duduk di kursi belakang. Saya berada di belakang kemudi. Rasanya, saya masih tak percaya bahwa saya akan menyetir di Jeddah," kisah Altaweli.
Pada hari pertama pencabutan larangan tersebut, jalanan masih lengang. Maklum saja, itu hari libur. Hal itu tentu saja terasa menguntungkan bagi wanita yang baru pertama kali menyetir.
Rupanya, Altaweli sudah terbiasa menyetir sejak ia kuliah kebidanan di Bahrain. Ia sudah mengantungi surat izin mengemudi (SIM) Bahrain sejak 2005. Ia bahkan memiliki SIM internasional sehingga dapat duduk di belakang setir mobil saat berjalanjalan di Dubai, Portugal, dan Amerika Serikat (AS).
Untunglah Altaweli tidak kesulitan untuk mendapatkan SIM Saudi. Tak hanya itu, ia juga beruntung karena ayah dan saudara laki-laki mendukungnya untuk menyetir.
Rasa gembira juga dirasakan Hessah al-Ajaji. Ia menyetir Lexus milik keluarganya di tengah Kota Riyadh, Ahad dini hari. "Saya tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh menyenangkan karena akhirnya ini benar-benar terjadi," ujar al- Ajaji.
Ia piawai menyetir karena sudah memilki SIM yang dibuatnya di AS. Menurut dia, kaum pria di jalanan juga cukup bersahabat. "Mereka mendukung, ikut senang, dan tersenyum," kata al-Ajaji.
Pencabutan larangan menyetir bagi wanita adalah bagian dari perubahan sosial yang digencarkan Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Pengumuman dilakukan melalui dekrit kerajaan pada September 2017.
Dalam cetak biru pembangunan Saudi hingga 2030, MBS berupaya mengurangi kebergantungan ekonomi Saudi pada minyak dan membuka sistem sosial yang selama ini tertutup. Menurut laman CNN, dengan pencabutan larangan menyetir, MBS berharap makin banyak wanita bisa bergabung dalam angkatan kerja. Selama ini kaum wanita terpaksa menggaji pengemudi pria sehingga hal ini mengurangi pemasukan mereka.
Hampir tiga dekade, sejumlah kaum wanita dan pria menyerukan bahwa wanita juga berhak menyetir. Tak jarang, seruan mereka berbuntut penahanan. Saudi memang satu-satunya negara di dunia yang melarang kaum wanita menyetir.
Pada 1990, saat kampanye digelar pertama kali, kaum wanita yang ketahuan menyetir mobil di Riyadh harus kehilangan pekerjaan mereka. Mereka juga harus mengadapi cemoohan keras dan dilarang bepergian ke luar negeri selama setahun.
Salah satu alasan pelarangan menyetir bagi wanita adalah khawatir adanya pelecehan seksual bagi wanita. Lima tahun menjelang pencabutan larangan, Saudi meloloskan undang-undang antipelecehan seksual. Hukumannya bisa penjara lima tahun untuk perkara yang berat.
Halangan untuk menyetir bagi wanita tak hanya datang dari penguasa, tetapi juga masyarakat. Namun, kritik di tengah masyarakat akhirnya reda sejak tahun lalu, setelah Raja Salman mengumumkan akan mencabut larangan mengemudi.
Saat larangan dicabut pun tak semua wanita serta-merta menyetir sendiri. Mayoritas wanita Saudi tak memiliki SIM. Sekolah menyetir khusus wanita pun ternyata masih terbatas dan biayanya mencapai ratusan dolar AS.
Sebagian wanita lain yang sudah memiliki mobil ternyata masih menunggu. Mereka masih mempekerjakan pengemudi dan tak ingin terburu-buru untuk menyetir sendiri. "Saya akan membuat SIM, tetapi saya tidak akan menyetir sendiri karena masih memiliki pengemudi. Biarlah, SIM itu untuk keadaan darurat saja. Ini salah satu hak saya dan saya akan simpan baik-baik di dompet," kata Lulwa al-Fireiji, yang kini berusia 60 tahun.
Memang, tak semua pria menerima pencabutan larangan menyetir bagi wanita. Namun, sebagian lain justru mendukungnya.
"Saya melihat keputusan ini akan membuat wanita sejajar dengan pria dan ini akan menunjukkan kepada kita bahwa wanita pun mampu melakukan hal-hal yang mampu dilakukan pria," ujar Fawaz al-Harbi. "Saya sangat mendukung dan malahan saya sudah menantikan keputusan ini sehingga ibu dan saudara perempuan saya pun bisa menyetir sendiri." ¦ ap/reuters ed: Yeyen Rostiyani
Serba-serbi
* Arab Saudi secara ketat memberlakukan sistem perwalian bagi wanita. Hal ini berlaku antara lain dalam memperoleh pendidikan formal, bepergian, bekerja di luar rumah, dan sejumlah hal lain boleh dilakukan atas seizin wali mereka.
* Arab Saudi menjadi satu-satunya negara di dunia yang melarang wanita menyetir mobil. Larangan ini akhirnya dicabut 24 Juni.
* Larangan menyetir bagi wanita dicabut sebagai bagian dari cetak biru pembangunan yang disebut Vision 2030. Laman CNN menyebutkan, sang penggagas, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, ingin lebih banyak wanita masuk ke lapangan kerja. Bisa dikatakan, Vision 2030 juga meliputi reformasi sosial Saudi.
* Dalam reformasi sosial teranyar ini, ulas BBC, wanita juga diperbolehkan menonton sejumlah pertandingan seperti sepak bola di stadion dan menonton pertunjukan musik.
* Wanita yang bercerai kini boleh mendapatkan hak pengasuhan anak tanpa harus mengajukan tuntutan hukum. Sebelumnya, hak pengasuhan jatuh ke tangan ayah.
* Perjuangan pencabutan larangan menyetir bagi wanita dimulai setidaknya 1990. Pada 6 November 1990, lebih dari 40 wanita mengemudi di Riyadh sebagai protes. Akibatnya, mereka sempat ditahan satu hari, paspor mereka disita, dan beberapa orang kehilangan pekerjaan mereka.
* Pada 2015, untuk pertama kalinya wanita Saudi memiliki hak memilih untuk pemilihan umum daerah dan diizinkan dipilih untuk sejumlah jabatan publik. ¦ reuters